Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gejolak Inflasi di Sulut Diperkirakan Segera Reda

Bank Indonesia memperkirakan tekanan inflasi yang melanda Sulawesi Utara dalam tiga bulan terakhir bakal mereda di April 2017 seiring dengan masalah pasokan beberapa komoditas bahan yang berangsur teratasi.
Kebutuhan pokok di pasar tradisional./Ilustrasi-Bisnis
Kebutuhan pokok di pasar tradisional./Ilustrasi-Bisnis

Bisnis.com, MANADO - Bank Indonesia memperkirakan tekanan inflasi yang melanda Sulawesi Utara dalam tiga bulan terakhir bakal mereda di April 2017 seiring dengan masalah pasokan beberapa komoditas bahan yang berangsur teratasi.

Kepala Perwakilan BI Sulawesi Utara, Soekowardojo, mengatakan inflasi berpeluang melanjutkan tren melandai seiring musim panen dan penambahan pasokan pada komoditas bawang, rica, dan tomat. Bahkan, tidak tertutup kemungkinan Sulawesi Utara bisa mencetak deflasi pada April 2017. "Ini ditandai dengan mulai terjadinya koreksi sejak minggu terakhir Maret 2017," ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Bisnis.com, Senin (3/4/2017).

Sebagaimana diketahui, inflasi Kota Manado - yang mewakili Sulawesi Utara - mencapai 0,23% pada Maret 2017. Angka ini turun dari inflasi pada Februari 2017 dan Januari 2017 masing-masing 1,16% dan 1,10%.

BI mencatat, tingkat inflasi per Maret 2017 lebih lebih rendah dibandingkan rata-rata historisnya selama 5 tahun terakhir sebesar 0,69% (mtm). Kendati demikian, secara kumulatif dalam tiga bulan pertama, inflasi tercatat 2,51%, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi kumulatif sepanjang 2016 sebesar 0,35%.

Inflasi bulanan pada Maret 2017 dipengaruhi oleh naiknya indeks harga pada seluruh kelompok baik volatile food, administered prices maupun inflasi inti. Namun besaran kenaikan lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya.

Inflasi volatile food tercatat sebagai penyumbang utama inflasi bulan Maret, seiring masih tingginya harga rata-rata komoditas strategis Sulut yaitu Barito (Bawang, Rica, Tomat). Di sisi lain, kelompok administered prices tercatat mengalami inflasi dipengaruhi lanjutan penyesuaian tarif 900VA dan penyesuaian harga BBM Non Subsidi.

Sementara itu, pada kelompok inti peningkatan upah pembantu, beberapa komoditas kebutuhan harian rumah tangga dan harga emas mampu diimbangi oleh koreksi harga pada tarif pulsa ponsel, air kemasan, seng dan gula pasir, sehingga tekanan inflasinya relatif minimal.

Dia mengimbuhkan, inflasi yang cukup tinggi pada kuartal I/2017 perlu mendapat respon dari pemangku kepentingan. Soekowardojo menuturkan, upaya pengendalian inflasi pangan perlu diperkuat karena tekanan dari komponen harga yang diatur pemerintah (administered price) bakal menanjak seiring kenaikan harga bahan bakar minyak dan tarif listrik nonsubsidi.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper