Kabar24.com, JAKARTA - Kelompok milisi bersenjata memancung kepala 40 polisi setelah melancarkan serangan di wilayah tengah Republik Demokratik Kongo (dahulu Zaire).
Kelompok yang menamai diri Kamuina Nsapu mulai melancarkan serangan pada Jumat terhadap konvoi polisi di kota Tshikapa, Provinsi Kasai, yang hendak menuju ibu kota provinsi tetangga Kasai-Central, kata Francois Madila Kalamba, kepala dewan provinsi setempat.
"Para polisi ditangkap oleh anggota kelompok milisi dan mereka memancung sekitar 40 orang," kata Kalamba kepada Reuters. Dia menambahkan bahwa enam orang berhasil lolos dalam keadaan hidup karena bisa berbicara bahasa lokal Tshiluba. Seorang aktivis dari provinsi setempat, Corneil Mbombo, membenarkan keterangan bahwa 40 anggota kepolisian telah dipancung.
Namun di sisi lain, juru bicara kantor gubernur dan kepolisian nasional hingga kini belum berkomentar. Pemberontakan kelompok Kamuina Nsapu, yang kini beroperasi di lima provinsi, adalah ancaman paling serius bagi kekuasaan Joseph Kabila, presiden yang tidak mau mengundurkan diri meski batas maksimal masa jabatannya telah terlewati pada Desember lalu.
Pelanggaran terhadap konsitusi itu sempat menimbulkan gelombang pembunuhan di negara yang terletak di kawasan Afrika tengah tersebut. Serangan pada Jumat kemudian disusul dengan rilis laporan pemerintah yang menyatakan adanya gelombang penyerahan diri dari anggota kelompok Kamuina Nsapu di provinsi Kasai-Central. Pada Sabtu, Kementerian Dalam Negeri mengatakan bahwa 400 anggota kelompok tersebut telah menyerahkan diri pada pekan ini.
Meski demikian, beberapa anggota Kamuina Nsapu nampak beroperasi sendiri-sendiri tanpa struktur komando yang jelas. Sejumlah serangan yang terjadi akhir-akhir ini diduga bermotif balas dendam etnis. Lebih dari 400 orang telah tewas dalam kekerasan di Kongo, kata PBB.
Sementara itu pemerintah setempat pada Selasa lalu menambahkan bahwa 67 polisi dan banyak tentara telah tewas saat bertempur melawan kelompok Kamuina Nsapu. Banyak korban tewas dibuang ke dalam kuburan massal.
PBB mengaku berhasil mengidentifikasi 10 kuburan massal dan tengah menyelidiki tujuh lainnya. Di sisi lain, dua orang karyawan PBB, satu berasal dari Amerika Serikat dan satu dari Swedia, beserta empat warga Kongo, diculik pada pekan lalu oleh kelompok yang belum diketahui identitasnya di Kasai-Central.