Kabar24.com, JAKARTA- Kabar mengenai fenomena equinox yang akan mempengaruhi suhu di beberapa negara, termasuk Indonesia, kembali merebak.
Kabar yang sebelumnya juga telah merebak pada 2016, tersebut bahkan mengatakan bahwa suhu bisa meningkat drastis hingga 40 derajat celcius yang berpotensi memicu dehidrasi.
Deputi Bidang Klimatologi BMKG Mulyono Rahadi Prabowo yang dihubungi Bisnis.com membenarkan bahwa pada bulan Maret akan terjadi fenomena equinox. Namun, menurutnya, equinox merupakan sebuah fenomena normal yang terjadi selama beberapa hari setiap tahunnya pada bulan Maret dan Sepetember ketika matahari tepat berada di garis khatulistiwa.
"Kalau kejadian equinox itu sebenarnya kejadian normal karena matahari itu secara semu memang berpindah-pindah tempat dari waktu ke waktu kurang lebih setiap empat hari itu akan bergeser 1 derajat. Jadi, pada tanggal 23 Maret, matahari itu memenag berada di garis ekuator [khatulistiwa]. Konsekuensi dari kondisi demikian, karena matahari berada di garis ekuator tentunya cenderung di daerah atau di area yang paling dekat dengan ekuator itu suhunya akan lebih 'hangat' dibandingkan kondisi di tempat yang jauh dari ekuator," jelas Mulyono, Rabu (15/3/2017).
Namun, menurutnya, fenomena ini tidak lantas akan membuat suhu di wilayah yang dilalui garis khatulistiwa meningkat secara drastis. Adapun suhu tertinggi selama berlangsungnya fenomena ini akan berkisar antara 25-33 derajat Celcius tergantung pada topografi wilayahnya.
Untuk wilayah dataran rendah seperti daerah pantai, suhu berpotensi meningkat hingga 33 derajat Celcius jika tidak ada tutupan awan yang menghalangi terpaan sinar matahari ke bumi.
Namun, ketika terjadi tutupan awan peningkatan, suhu tidak akan sampai ke level 33 derajat Celcius. Sementara itu, untuk dataran tinggi penaikan suhu cenderung akan lebih rendah dengan perkiraan suhu tertinggi mencapai 25 derajat.
Mulyono pun membantah bahwa penaikan suhu selama berlangsungnya equinox akan memicu akibat-akibat yang ekstrim seperti dehidrasi parah atau lilin yang meleleh jika ditempatkan di luar ruangan sehingga perlu menempatkan ember berisi air di dalam ruangan untuk menjaga kelembaban.
"Kondisi yang seekstrim itu tidak terjadilah sehingga tidak sampai harus istilahanya taruh ember diisi air karena ya memang ada perubahan suhu, itu akan menaik karena matahari makin dekat dengan ekuator, tapi itu kan tidak akan drastis," paparnya.