Kabar24.com, JAKARTA - Belanda melarang menteri luar negeri Turki mendarat di Rotterdam, Sabtu (11/3/2017), di tengah perselisihan menyangkut kampanye politik Ankara di antara para emigran Turki.
Larangan Belanda membuat Presiden Tayyip Erdogan menyebut negara sesama anggota NATO itu sebagai "sisa-sisa Nazi".
Insiden luar biasa ini muncul beberapa jam setelah Menlu Mevlut Cavusoglu mengatakan ia akan terbang ke Rotterdam kendati dilarang muncul dalam unjuk rasa di kota itu guna menggalang dukungan untuk menyapu kekuasaan baru yang diinginkan Erdogan. Eropa, katanya, tidak boleh "berlaku seperti atasan".
Cavusoglu juga dilarang menghadiri kegiatan serupa di Hamburg, Jerman, pekan lalu, dan karena itu ia hanya berbicara di konsulat Turki.
Casuvoglu menuding Belanda memperlakukan banyak warga Turki di negara itu seperti "sandera", menjauhkan mereka dari Ankara.
"Saya mengirim mereka sehingga mereka bisa berkontribusi bagi perekonomian kalian," ujarnya kepada CNN Turk TV, seperti dikutip oleh Antara, Minggu (12/3/2017).
"Mereka bukan tahanan kalian." "Kalau kepergian saya akan meningkatan ketegangan, ya sudah ... Saya adalah menteri luar negeri dan saya berhak pergi ke mana pun," tambahnya, beberapa jam sebelum penerbangannya ke Rotterdam dilarang.
Cavusoglu mengancam akan mengeluarkan sanksi politik dan ekonomi berat jika Belanda menolak kedatangannya. Ancaman itu membuat pemerintahan Belanda tak ragu mengeluarkan keputusan.
Dengan alasan ketertiban umum serta masalah keamanan, Belanda tidak mengeluarkan izin bagi pendaratan penerbangan Cavusoglu.
"Keputusan ini merupakan skandal dan sama sekali tidak bisa diterima. (Keputusan) tidak mematuhi aturan diplomatik," kata Cavusoglu kepada para wartawan di Istanbul pada Sabtu petang.
Perdana Menteri Belanda Mark Rutte mengatakan, "Pagi ini di televisi (menteri luar negeri Turki) menjelaskan bahwa ia mengancam Belanda dengan sanksi-sanksi dan kami tidak pernah akan berunding dengan Turki dengan ancaman seperti itu. Jadi, kami putuskan ... lebih baik jika beliau tidak datang."
Ketika berbicara kepada para pengunjuk rasa pendukungnya, Erdogan mengeluarkan pembalasan."Kalian (Belanda, red) bisa membatalkan penerbangan menteri luar negeri kami seenak kalian, tapi mari kita lihat bagaimana penerbangan-penerbangan kalian akan datang ke Turki sekarang." "Mereka (Belanda, red) tidak tahu diplomasi maupun politik. Mereka sisa-sisa Nazi. Mereka fasis," tambahnya.
PM Rutte menganggap pernyataan Erdogan soal Nazi dan Fasis itu sebagai "pernyataan gila".