Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia kian menarik bagi para pemimpin negara di kawasan Timur Tengah. Setelah Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al-Saud, kini, giliran Pangeran Mahkota Negara Persatuan Emirat Arab (PEA) Mohamed bin Zayed Al Nahyan akan berkunjung ke Tanah Air.
Hal itu dipaparkan oleh Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dalam pertemuan bilateral dengan Menteri Negara Persatuan Emirat Arab (PEA) Maitha Salem Alshamsi di sela-sela Pertemuan Tingkat Tinggi IORA pada Senin sore (6/3) di Jakarta Convention Center (JCC). "Katanya Pangeran Mahkota PEA Mohamed bin Zayed Al Nahyan akan berkunjung ke Indonesia," kata Menlu, dalam keterangan pers Kementerian Luar Negeri, Selasa (7/3/2017).
Al Nahyan lahir pada 11 Maret 1961. Dalam Gulf States Newsletter 'With MBZ’s promotion, Sheikha Fatima sons take centre stage" dan "A tale of two desert dynasties" di The Telegraph, dia disebut putra ketiga dari Zayed bin Sultan Al Nahyan, Presiden Uni Emirat Arab pertama dan penguasa Abu Dhabi, dan istri ketiganya, Sheikha Fatima bint Mubarak Al Ketbi. Ia memiliki lima adik kandung: Hamdan, Hazza, Tahnoun, Mansour, dan Abdullah.Mereka dikenal sebagai Bani Fatima atau putra-putra Fatima.
"Indonesia siap menyambut kunjungan kenegaraan Pangeran Mahkota Persatuan Emirat Arab (PEA), Yang Mulia Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan yang akan berkunjung ke Indonesia tahun ini," kata Retno.
Pada November 2003, ayahnya Zayed bin Sultan melantik Sheikh Mohammed menjadi deputi pangeran mahkota Abu Dhabi. Setelah kematian ayahnya, Al Nayhan menjadi pangeran mahkota Abu Dhabi pada November 2004 dan dilantik menjadi deputi komandan tertinggi pasukan angkatan darat UEA pada Januari 2005. Sebulan kemudian, ia dipromosikan menjadi berpangkat Jenderal.
Sejak Desember 2004 ia juga menjadi ketua Dewan Eksekutif Abu Dhabi, yang mengurusi pengembangan dan perencanaan Emirat Abu Dhabi dan anggota Dewan Petroleum Tertinggi. Dalam buku Abu Dhabi National Oil Company (ADNOC) - The Supreme Petroleum Council (SPC) dikatakan dia juga menjabat sebagai penasihat khusus Presiden UEA, Khalifa bin Zayed Al Nahyan, kakaknya. Ia juga merupakan kepala dewan untuk pengembangan ekonomi Abu Dhabi (ADCED), yang merupakan dewan penasihat kebijakan ekonomi di Abu Dhabi.
Selain membahas rencana kunjungan kenegaraan, Menlu Retno dan Menteri Maitha juga membahas upaya peningkatan kerja sama kedua negara dalam bidang politik, keamanan, ekonomi, dan sosial budaya. Pemerintah Indonesia dan PEA pada September 2015 telah menandatangani Nota Kesepahaman tentang Pemberantasan Perdagangan Manusia.
"Indonesia berharap kedua negara dapat melanjutkan kerja sama pemberantasan terorisme dan kejahatan transnasional lainnya," ujar Menlu Retno.
Dia menambahkan, kerja sama dalam pertukaran informasi intelijen menjadi salah satu bentuk kerja sama yang dapat dijajaki.
Menlu Retno juga telah meminta dukungan PEA atas pencalonan Indonesia sebagai Anggota Tidak Tetap Dewan Keamanan PBB untuk periode 2019-2020.