Bisnis.com, JAKARTA - Pejabat berwenang memperingatkan masyarakat bahwa 30% dari populasi unggas hidup di Provinsi Zhejiang, China, terkontaminasi virus flu burung jenis H7N9.
Dilansir dari Reuters, media milik pemerintah Xinhua menyatakan bahwa Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Zhejiang telah memerintahkan semua pasar di provinsi tersebut untuk menghentikan sementara perdagangan unggas hidup.
Pada Januari 2017, Komisi Kesehatan dan Keluarga Berencana Zhejiang melaporkan 35 kejadian infeksi H7N9, sementara pada Desember 2016 China mencatat 106 kasus infeksi virus tersebut pada manusia.
Sekitar 25 Desember 2016, seorang pedagang bebek panggang berusia 36 tahun menderita demam dan batuk di Provinsi Zhejiang, dan kembali ke kawasan Henan pada awal Januari. Pada 10 Januari 2017, dia didiagnosis terinfeksi H7N9 dan meninggal keesokan harinya.
Virus tersebut biasanya menyerang di musim dingin dan musim semi, dan petani dalam beberapa tahun terakhir menggenjot langkah-langkah seperti pembersihan untuk mencegah penyakit.
China telah mengkonfirmasi lima wabah flu burung pada unggas musim dingin ini, yang telah menyebabkan pemusnahan lebih dari 175.000 burung.
Banyak kota-kota besar di produsen terbesar ketiga ayam broiler di dunia dan konsumen terbesar kedua ungags itu juga telah menutup beberapa pasar unggas hidup setelah orang dan ayam terinfeksi oleh penyebaran flu burung.
Infeksi yang meluas dapat menyebabkan risiko kesehatan yang parah dan kerugian keuangan besar. Wabah besar terakhir di China pada tahun 2013, menewaskan 36 orang dan menyebabkan lebih dari US$6 miliar pada kerugian untuk sektor pertanian.