Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perusahaan Raksasa Dunia Khawatirkan Kebijakan Donald Trump

Tentu saja, keadaan tersebut menimbulkan kekhawatiran para petinggi dari sejumlah perusahaan raksasa dunia termasuk General Electric Co., Google Inc., dan Microsoft Corp.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump, di Washinton, Jumat (27/1/2017)./REUTERS-Carlos Barria
Presiden Amerika Serikat Donald Trump, di Washinton, Jumat (27/1/2017)./REUTERS-Carlos Barria

Bisnis.com, JAKARTA - Kini para perusahaan global di AS harus belajar apa maksud dari setiap kebijakan yang akan direalisasikan oleh Presiden AS terpilih Donald Trump.

Hal mengejutkan kembali dilakukan oleh Trump dengan menandatangani sebuah kebijakan yang melarang para warga dari tujuh negara mayoritas Muslim untuk memasuki negara AS. Tentu saja, keadaan tersebut menimbulkan kekhawatiran para petinggi dari sejumlah perusahaan raksasa dunia termasuk General Electric Co., Google Inc., dan Microsoft Corp.

Keadaan ini juga mendesak para petinggi untuk mengambil langkah berisiko di tengah mencuatnya berbagai aksi protes terhadap pemerintahan Trump antara harus berbicara lantang dan melawan pemerintah yang berkuasa atau tetap diam dan menghadapi berbagai aksi protes dari para pegawai dan aktivis.

Chief Executive Officer GE, Jeff Immelt menanggapi kondisi tersebut dengan menyatakan bahwa keseimbangan dalam berbisnis harus siap 'melawan'.

"Kami punya banyak pegawai dari negara-negara tersebut dan kami menjalankan bisnis di seluruh kawasan tersebut," ungkap Immelt.

"GE akan terus membuat suara kami didengar oleh pemerintah baru dan menegaskan kembali pentingnya masalah ini," tambahnya.

Melalui kebijakan tersebut, Trump melarang masuk AS bagi warga Iran, Irak, Libya, Somalia, Sudan, Suriah dan Yaman termasuk para pengungsi. Bahkan, dirinya juga melarang warga dari tujuh negara yang telah menjadi warga permanen AS yang saat ini kebetulan tengah berada di luar negeri untuk bekerja ataupun liburan.

Tentu saja, hal tersebut menciptakan kebingungan dalam 48 jam pelaksanaan kebijakan tersebut karena para petugas perbatasan dan di bandara tidak yakin bagaimana menafsirkan aturan tersebut.
Keputusan 'larangan muslim' telah menuai berbagai kritik.

"Kami tidak pernah berpikir hal ini akan menjadi sebuah isu," tutur Ludwig Willisch, Chief Executive Officer of North American operations di Bayerische Motoren Werke AG dalam sebuah acara konferensi otomotif Sabtu lalu.

"Negara ini adalah negara 'melting pot' dengan kebebasan berbicara dan setiap orang bersama-sama telah membangun negara ini. Jadi kami tidak siap untuk hal seperti ini," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Yusran Yunus
Sumber : Bloomberg

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper