Kabar24.com, JAKARTA— Pendidikan di Indonesia, khususnya di perguruan tinggi, harus mulai memberi perhatian khusus kepada bidang sains, teknologi, teknik, dan matematika atau yang disebut STEM [Science, Technology, Engineering, and Mathematics].
Hal ini disampaikan oleh Staf Khusus Menristek Dikti Abdul Wahid Maktub. Menurut Abdul, dengan memberi perhatian dan fokus lebih pada bidang studi ini pada perguruan tinggi, Indonesia akan mampu untuk bersaing dan memiliki pengaruh kuat baik di dalam maupun luar negeri.
“Indonesia harus mulai fokus pada bidang sains, teknologi, teknik dan matematika agar bisa memiliki pengaruh dalam tataran lokal dan global,” sebut Abdul Wahid seperti dikutip dari catatan focus group discussion yang diadakan oleh President University terkait Sustainable Education, Rabu (18/1/2017).
Hal senada juga disampaikan oleh Frank Cotton seorang Profesor sekaligus Vice Principal of Academic & Educational Innovation dari University of Glasgow, Inggris. Frank menyebutkan STEM berperan penting dalam meningkatkan ekonomi. Menurutnya bidang STEM saat ini menjadi prioritas utama bagi pendidikan di Inggris dan telah menjadi bagian dari pendidikan di negeri Ratu Elizabet tersebut dalam beberapa tahun terakhir.
“Namun, ada masalah dalam menarik mahasiswa untuk mempelajari bidang STEM karena bidang ini tidak semenarik bidang lainnya. Proyek STEM ini bisa jadi sangat menantang dan membutuhkan investasi tinggi,” kata Frank.
Terkait hal ini, Rektor Presiden University Jony Oktavian Haryato setuju dan mengatakan sangatlah penting untuk mengucurkan investasi di bidang STEM dan pendidikan secara keseluruhan.
Sementara itu, untuk membuat sektor ini menarik bagi para calon mahasiswa, pemerintah harus memberi perhatian bagi kesenjangan penghasilan pendidik di bidang ini agar mereka tidak merasa enggan untuk ikut membangun pendidikan di bidang STEM.
“Seseorang bisa saja memilih pendidikan di fakultas bisnis,belajar selama tiga tahun di sana lalu lulus dan bekerja di bank. Sementara itu, seorang yang mengambil jurusan teknik harus belajar selama 5 tahun di perguruan tinggi atau bahkan lebih. Namun, pada akhirnya mereka akan tetap memilih bekerja di bank [karena pendapatan yang lebih menarik dibandingkan menjadi seorang pengajar di bidang teknik],” jelas Jony.