Kabar24.com, PALEMBANG – Pertumbuhan ekonomi Sumatra Selatan diproyeksi mencapai 5%--5,5% pada 2017 yang ditopang peningkatan konsumsi pemerintah, perbaikan kinerja ekspor serta peningkatan industri pengolahan di provinsi itu.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumatra Selatan (Sumsel), Hamid Ponco Wibowo, mengatakan faktor penopang pertumbuhan ekonomi itu akan membuat Sumsel lebih baik dibanding tahun 2016.
“Tahun depan masih akan banyak proyek baru maupun proyek lanjutan milik pemerintah yang membuat investasi tumbuh, selain itu tren perbaikan harga komoditas masih berlanjut yang bisa mendongkrak ekspor Sumsel,” katanya saat acara pertemuan tahunan Bank Indonesia 2016, Senin (19/12).
Ponco memaparkan pemerintah selain berperan dalam mencetak pertumbuhan investasi melalui berbagai proyek infrastruktur, konsumsi pemerintah juga diyakini terakselerasi.
“Peningkatan konsumsi pemerintah itu seiring membaiknya penerimaan transfer dari pemerintah pusat pasca implementasi tax amnesty,” katanya.
Sementara untuk perbaikan kinerja ekspor, Ponco mengemukakan, proyeksi itu tidak terlepas dari faktor tren harga komoditas perkebunan dan pertambangan yang menjadi andalan Sumsel, yakni sawit, karet dan batubara.
Dari sisi global, dia melanjutkan, pemulihan ekspor juga bakal didukung kondisi ekonomi global yang menunjnukkan perbaikan, salah satunya Amerika Serikat.
Meski demikian, bank sentral tetap menilai ekspor masih harus menghadapi tantangan karena kondisi ekonomi Tiongkok,yang merupakan pasar utama ekspor Sumsel, masih dalam proses penyeimbangan.
“Ke depan, risiko global tetap perlu diwaspadai, terutama terkait dengan kebijakan fiskal dan perdagangan AS, serta proses penyeimbangan ekonomi dan penyehatan sektor keuangan di Tiongkok,” jelasnya.
Ponco menambahkan faktor lainnya yang menopang pertumbuhan ekonomi Sumsel pada tahun depan adalah industri pengolahan.
Menurutnya, sektor industri pengolahan berpotensi untuk mengalami perbaikan pertumbuhan sejalan dengan rencana beroperasinya pabrik pengolahan kertas dan bahan dari kertas terbesar di Asia Tenggara.
“Pabrik pengolahan kertas itu rencananya beroperasi pada Maret 2017 melengkapi pembangunan infrastruktur proyek strategis lainnya di Sumsel,” ujarnya.
Berdasarkan catatan bank sentral, industri pengolahan telah berkontribusi cukup tinggi terhadap perekonomian Sumsel yang mana terlihat pada periode triwulan III/2016.
Selama periode tersebut, industri pengolahan tumbuh sebesar 7,46% (yoy). Pertumbuhan sektor itu terutama bersumber dari industri pengolahan karet, minyak nabati, barang galian bukan logam serta makanan dan minuman.
Didukung Kekayaan SDA
Dalam kesempatan yang sama, Ponco menerangkan, prospek pertumbuhan ekonomi Sumsel yang lebih baik juga didukung melimpahnya sumber daya alam (SDA) di provinsi itu.
Menurutnya, Sumsel merupakan provinsi penghasil karet terbesar di Indonesia dengan jumlah produksi mencapai 0,95 juta ton atau sebesar 30%dari produksi karet nasional.
“Sementara itu 70% ekspor Sumsel dan 63% porsi konsumsi rumah tangga terhadap PDRB Sumsel sangat bergantung pada kinerja komoditas itu,”ujarnya.
Dia melanjutkan potensi SDA tersebut masih ditambah dengan pengalaman Sumsel yang sukses menjadi tuan rumah kegiatan skala nasional dan internasional.
“Potensi sebagai tempat pelaksanaan MICE terus dimaksimalkan dengan pembangunan infrastruktur terutama yang mendukung Asian Games 2018, seperti jalan, jembatan dan sarana penyediaan akomodasi,” paparnya.