Kabar24.com, PALU - Sekitar 200 orang dari Suku Taa Wana bersama kepala sukunya yang bernama Yumi, di Desa Opo, Kecamatan Bungku Utara, Kabupaten Morowali Utara, Sulteng, diberi rahmat oleh Allah SWT untuk menjadi mualaf pada Selasa (13/12/2016).
Divisi Pemberdayaan Pos Dai Hidayatullah Jakarta, Samani Harjo saat dihubungi dari Palu, Selasa (13/12/2016) malam, membenarkan pengucapan ikrar itu, yang dibimbing langsung oleh Camat Bungku Utara, Armansyah Abdul Pattah.
Kata dia, Proses hijrahnya masyarakat Taa Wana itu difasilitasi Pos Dai Hidayatullah Jakarta bersama unsur musyawarah pimpinan kecamatan (Muspika) setempat.
Proses pemandian juga disaksikan Kapolsek Bungku Utara. Setelah proses pemandian, mereka berganti baju muslim, yang perempuan memakai mukena diarahkan ke Masjid untuk mengikuti Shalat Dzuhur berjamaah.
Ratusan warga Suku Taa Wana itu rela berjalan kaki dari tempat tinggalnya selama 18 jam untuk mengikrarkan dua kalimat syahadat.
"Awalnya kami mendapatkan informasi dari Dai di Morowali bahwa sejumlah masyarakat asli Suku Wana ingin memeluk agama Islam, namun karena jumlahnya begitu banyak, maka tidak sekadar disyahadatkan dan selesai. Diperlukan pembinaan awal agar ada pemahaman dasar soal Islam. Mereka juga memerlukan sarana shalat seperti masjid dan baju muslim," tutur Samani Harjo.
Menurutnya, pihaknya bekerja sama dengan Muspika setempat membentuk LPM (Lembaga Pembinaan Mualaf) yang diketahui salah satu pegawai KUA. "Insya Allah ini sampai hari Jumat, karena hari itu ada acara khitanan bagi mereka yang ingin dikhitan. Untuk khitan ini, kita bekerjasama dengan puskesmas, tapi kami juga membawa dokter dari Jakarta," katanya.
Dia menambahkan para mualaf juga berharap agar anak-anak mereka bisa sekolah. Ke depan, kata dia, pihaknya bersama aparat pemerintahan mengupayakan adanya lembaga pendidikan mulai dari SD hingga menengah.
"Alhamdulillah sudah ada hibah lahan 2,5 hektare. Sebenarnya mereka juga membutuhkan rumah yang layak karena selama ini mereka tinggal di rumah dengan dinding dan atap dari daun sagu," tutupnya.
Ketua Divisi Program Marketing dan Pendayagunaan Yayasan Hidayatullah, Abdul Muin berharap, Pemkab setempat memberikan perhatian kepada mereka.
Dia juga menceritakan ihkwal masyarakat Wana itu menjadi mualaf. Berawal dari kekaguman mereka terhadap umat Islam di Desa Opo yang menjalani kehidupan dengan tenang, nyaman, dan damai. "Ini cerita masyarakat bahwa pada waktu Ramadhan itu mereka turun gunung," ujar Muin.
Tau Taa Wana adalah subkelompok masyarakat yang mempertuturkan varian bahasa Ta'a di Sulawesi Tengah Timur.
Suku Tau Taa Wana adalah suku pribumi yang tinggal di desa kecil atau lipu's di sekitar sungai Bulang dan Bongka. Sejak 2000, suku Wana telah menerapkan pertanian rotasi untuk melestarikan keberadaan mereka. Sebelumnya mereka tinggal sebagai suku nomaden.
Tau Taa Wana sedang terancam karena masalah kepemilikan tanah. Sejak 1994, dorongan dari program transmigrasi pemerintah Indonesia telah memengaruhi gaya hidup tradisional mereka.