Bisnis.com, JAKARTA - Berikut ringkasan headlines Bisnis Indonesia edisi cetak Senin, 28 November 2016. Untuk menyimak lebih lanjut, silakan kunjungi http://epaper.bisnis.com/
Seksi Market
Hal 13. ROYALTI NIKEL: Emiten Sambut Positif
Pemangkasan royalti nikel olahan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dari 4% menjadi 2% disambut positif oleh emiten pertambangan.
Hal 14. INVESTASI REKSA DANA: MI Agresif Jaring Pemodal Asing
Perusahaan manajer investasi atau MI Indonesia mulai agresif melebarkan sayap ke negara tetangga untuk menjaring basis investor asing yang lebih luas.
Hal 15. HARGA SAHAM: Mengintip Prospek Emiten Batu Bara
Saat harga batu bara mulai menggeliat, PT Mandiri Sekuritas justru menurunkan proyeksi saham emiten tambang tersebut di Indonesia.
Hal 16. PERGERAKAN HARGA MINYAK: OPEC Siap Pangkas Produksi
Negara-negara pengekspor minyak mentah yang tergabung dalam OPEC optimistis rapat organisasi pada 30 November 2016 menghasilkan keputusan untuk memperbaiki pasar. Mereka menargetkan harga komoditas utama itu bisa mencapai US$60 per barel pada akhir tahun ini.
Hal 17 - 20. TABEL BURSA
Hal 21. PREMI ASURANSI UMUM: Pangsa Kendaraan Bermotor Melorot
Pangsa pasar asuransi kendaraan bermotor di industri asuransi umum terus menurun lantaran lesunya kinerja sektor otomotif pada dua tahun terakhir.
Hal 22. PENCAIRAN JHT: Jangan Sampai Galau di Hari Tua
Kamis petang pertengahan November 2016, kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenegakerjaan cabang Jakarta Sudirman di kompleks Mayapada Tower sudah sepi. Namun, menjelang waktu tutup operasional, masih tersisa dua nasabah dan beberapa petugas front office.
Hal 23. PROYEKSI PERBANKAN 2017: Rasio Likuiditas di Level Atas
Perbankan ancang-ancang memosisikan rasio kredit terhadap dana pihak ketiga atau loan to deposit ratio mendekati batas atas 92% pada tahun depan. Perlambatan penghimpunan dana membuat ekspansi kredit menjadi terbatas.
Hal 24. RENCANA BISNIS BANK 2017: Pelat Merah Bidik Dua Digit
Menyambut optimisme perekonomian tahun depan, bank persero menargetkan pertumbuhan bisnis yang lebih baik dari tahun ini. Tahun depan, kelompok bank milik pemerintah ini menargetkan pertumbuhan kredit hingga dua digit.