Bisnis.com, JAKARTA – Perhimpunan filantropi Asia (Asia Philantrophy Circle / APC) memilih Jakarta sebagai pusat kegiatan konferensi tahunan keduanya pada akhir pekan lalu. Dalam kesempatan tersebut sekaligus dilakukan pengumuman berdirinya cabang pertama dari organisasi yang berpusat di Singapura tersebut.
Pendiri sekaligus CEO APC, Laurence Lien menyatakan dipilihnya Jakarta lantaran jumlah para dermawan dari Indonesia cukup dominan. Saat ini, ada delapan dari 24 anggota APC berasal dari Indonesia, sisanya sebanyak delapan anggota dari SIngapura, tiga dari Malaysia, tiga dari Filipinan dan dua dari China.
“Ini mencerminkan potensi filantropi di Indonesia besar sekali dan pertumbuhannya cukup pesat. Saya telah melihat sendiri bagaimana filantropi bertumbuh di negara ini sejak adanya peristiwa tsunami 2004, banyak yayasan yang berkembang dan bahu membahu membenahi banyak hal,” ujarnya, Sabtu (19/11/2016).
Acara yang berlangsung selama dua hari tersebut diisi dengan sejumlah kegiatan berupa diskusi dan saling berbagi pengalaman antaranggota. Selain itu, APC juga melakukan kunjungan ke rusunawa Daan Mogot, Jakarta Barat.
Laurence menuturkan, APC didirikan pada awal tahun 2015 dengan tujuan sebagai wadah untuk meningkatkan dampak kegiatan filantropi sekaligus mempercepat pertumbuhan filantropi di Asia.
Selama setahun terakhir, organisasi tersebut telah mengerjakan sembilan proyek kolaborasi, seperti percontohan fasilitas hidup layak bagi manula di Singapura, fasilitas di rusunawa Daan Mogot, hingga program sekolah pengembangan kepemimpinan.
Organisasi tersebut didirikan oleh pengusaha Stanley Tan asal Singapura, CEO Global Yell Page Singapura; Laurence Lien asal Singapura, mantan CEO National Volunteer & Philantrophy Centre; serta Cherie Nursalim asal Indonesia, direktur eksekutif berbagai bisnis golongan konglomerat GITI Group.
Cherie menyebutkan program kegiatan APC disesuaikan dengan arah dan minat masing-masing anggota. Sektornya antara lain meliputi pengentasan kemiskinan, kesehatan, peningkatan kualitas pendidikan, pengadaan air bersih dan sanitasi, hingga pengembangan komunitas.
“Intinya, kegiatan yang kami lakukan masih berkaitan dengan 17 tujuan MDGs (millennium development goals),” ujarnya.
Sementara itu, Ketua APC Indonesia sekaligus CEO Djarum Foundation Victor R. Hartono menegaskan organisasi tersebut tidak mengumpulkan dana dari dari para anggotanya. Dia mengungkapkan pihaknya bersinergi dengan pemerintah dalam melakukan kegiatannya seperti yang dilakukan di rusunawa Daan Mogot.
“Kami tidak perlu sampai melobi pemerintah untuk merevisi aturan, tetapi pemerintah harus memberikan kerangka kerjanya. Seperti di Daan Mogot, itu tanahnya sudah disiapkan pemerintah, kami para anggota APC masing-masing membantu penghijauan, pelayanan kesehatan, PAUD, dan lain-lain,” katanya.
Menurut Victor, kegiatan APC Indonesia ke depannya masih diprioritaskan di Jakarta. Misalnya mengembangkan rusunawa Pinus Elok di Jakarta Timur, mengatasi masalah polusi serta mendorong pendidikan vokasi. Hal ini untuk mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia.
“Contohnya, seperti yang kami lakukan di Kudus, kami membantu SMK baik milik pemerintah dan swasta untuk menyusun kurikulum, peralatan dan training guru-guru agar keterampilan dan daya saing para lulusannya meningkat,” tuturnya.
Terkait penambahan anggota, dia memprediksi potensi yang dapat digaet menjadi anggota sekitar 80%-90% dari grup bisnis yang ada di Indonesia, misalnya dari grup Sosro, Bintang Toedjoe, Kalbe, Sukamdani, Ilham Habibie.
Kendati begitu, dia tidak muluk-muluk dan hanya menargetkan menambah minimal empat anggota dalam dua tahun ke depan. Keanggotaan APC memang tidak dibuka untuk umum, melainkan dengan sistem rekomendasi.
“Soalnya kami mau yang pemikirannya sama, dalam arti ingin belajar dan mengajar, tipe yang mau bergotong royong karena belum tentu semuanya berkomitmen begitu,” tambahnya.
Saat ini, delapan hartawan yang menjadi anggota APC dari Indonesia yakni Cherie Nursalim (GITI Group), Victor Hartono (Djarum Foundation), Belinda Tanoto (Tanoto Foundation), Jonathan Tahir (Tahir Foundation), Gita Wirjawan (Ancora Foundation), Arif Rachmat (Ciputra Group), Sutedja Sidarta Darmono (Jababeka) dan Megain Widjaya (Sinar Mas).