Bisnis.com, MANILA - Presiden Filipina Rodrigo Duterte menyatakan akan akrab dengan presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump, yang "belum mencampuri urusan hak asasi manusia", dan dia percaya penilaian Trump akan adil atas pekerja gelap, yang terancam diusir.
Permusuhan Duterte dengan Amerika Serikat, sekutu lamanya, menentukan langkah kepresidenannya sejauh ini, namun dia mengubah sikap sejak Trump mengejutkan pemilihan presiden dengan keluar menjadi pemenang pada pekan lalu.
"Itu kemenangan layak. Anda (Trump) adalah pemimpin terpilih bagi negara paling berkuasa di dunia," kata Duterte kepada wartawan di salah satu ruangan di istana presiden pada Selasa (15/11/2016).
Ia mengetahui niat Trump menindak keras pendatang gelap. Banyak warga Filipina bekerja secara gelap di Amerika Serikat dan pengiriman uang warga Filipina dari negara adidaya itu setara dengan 3 persen GDP negara tersebut.
"Saya percaya pada penilaiannya bahwa ia akan bersikap adil dalam hal ini sebagai bentuk penyelesaian terhadap imigran ilegal. Saya tidak dapat menyebut mereka illegal karena baik Presiden Trump maupun orang lain dalam hal itu, tidak sah tetaplah tidak sah," katanya.
Ketidakjelasan dan kemauan Duterte untuk menghukum siapa pun yang tidak setuju dengan sosok yang dijuluki sebagai "Trump dari Timur" ketika dia mengkampanyekan dirinya sendiri pada saat pilpres yang dia menangi dengan selisih angka yang besar.
Kata-kata hangatnya untuk Trump bertolak belakang dengan makian yang ia lontarkan pada Presiden Obama, dimana dia sering kali berkata "pergi ke neraka" dan menjulukinya "anak dari pelacur" karena Obama berani menyuarakan kekhawatirannya tentang banyaknya korban tewas dalam perang melawan narkoba yang dilakukan oleh Duterte ini.
Saat ditanyai, apakah dia berniat akan berteman baik dengan Trump, dia mengatakan bahwa dia bisa saja berteman dengan semua orang dengan catatan presiden selanjutnya tidak berkomentar apapun tentang Hak Asasi Manusia, sebuah topik yang dapat memicu kemarahan Duterte.
"Kami tidak selalu punya teman. Saya selalu bisa berteman dengan siapa pun khususnya presiden, kepala eksekutif negara lainnya," katanya.
"Dia belum ikut campur dalam kasus hak asasi manusia ini," kata juru bicara presiden Ernesto Abella pada Rabu, dengan menambahkan bahwa migrasi kebijakan politik Trump akan memberikan sedikit efek bagi Filipina.
Dia menolak menyebutkan jumlah warga negara Filipina yang menjadi pekerja gelap di Amerika.
Abella mengatakan pernah ada aturan tetap untuk menyediakan mereka pekerjaan dan kesempatan bekerja, dan pemerintah menanggung mereka pulang sebelum Trump mulai bekerja.
RODRIGO DUTERTE: Saya Akan Akrab Dengan Donald Trump
Presiden Filipina Rodrigo Duterte menyatakan akan akrab dengan presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump, yang belum mencampuri urusan hak asasi manusia, dan dia percaya penilaian Trump akan adil atas pekerja gelap, yang terancam diusir.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
1 jam yang lalu
Nissan-Honda Mau Merger dan Manuver Indomobil (IMAS)
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
37 menit yang lalu
Yenny Wahid Tolak Wacana MLB NU yang Ingin Dongkel Gus Ipul
51 menit yang lalu