Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Di Lahan Gambut, Mereka Berharap dari Jelutung

Penduduk yang tinggal di lahan gambut di Desa Sungai Beras Kabupaten Tanjung Jabut Barat di Jambi, kini berharap pada tanaman jelutung (Dyera spp.) sebagai sumber penghasilan.
Hutan desa lahan gambut di Desa Sungai Beras, Tanjung Jabung Barat, Jambi. /Bisnis-Nancy
Hutan desa lahan gambut di Desa Sungai Beras, Tanjung Jabung Barat, Jambi. /Bisnis-Nancy

Kabar24.com, SUNGAI BERAS – Penduduk yang tinggal di lahan gambut di Desa Sungai Beras Kabupaten Tanjung Jabut Barat di Jambi, kini berharap pada tanaman jelutung (Dyera spp.) sebagai sumber penghasilan.

Hal itu diungkapkan anggota Kelompok Tani Senang Jaya saat ditemui di Hutan Desa Sungai Beras, Jumat (4/11/2016).  Warga di desa ini memiliki hak mengelola hutan lindung, berupa lahan gambut seluas 2.200 hektare.

Menurut Fasilitator Komunitas Konservasi Indonesia Warung Informasi Konservasi (KKI Warsi) Bimo Premono, warga Desa Sungai Beras berhak mengelola hutan lindung berlahan gambut seluas 2.200 hektare sejak tahun 2014.

Masa pengelolaan ini, ujar Bimo, berlangsung selama 35 tahun, dan bisa diperpanjang. Hutan dikelola oleh warga yang tergabung dalam kelompok pengelola hutan desa (KPHD). Kini di hutan itu ditanam lada, kopi, pinang, jelatung, nenas.

Sekretaris Desa Sungai Beras Zulkarnain mengatakan, jelatung akan menjadi tanaman andalan masa depan di Desa Sungai Beras. Pasalnya, tanaman mengandung karet ini memiliki harga yang lumayan di pasaran, sekitar Rp35.000 hingga Rp40.000 per kilogram.

Saat ini, ujarnya, hutan desa seluas 400 hektare ditanami jelutung, dengan usia tanaman termuda 3 tahun. Pohon karet ini bisa disadap jika berusia 8 tahun.

Menurut Zulkarnain, pihaknya kini menghadapi persoalan harga. Meski karet yang dihasilkan jelutung memiliki harga lumayan di pasaran, namun hingga kini belum cocok.

“Terakhir, kami dapat informasi harga jelutung per kilogram Rp7.000. Kami masih mencari pembeli yang potensial,” ujar Zulkarnain.

Bimo menambahkan Bupati Tanjung Jabung Barat telah mendorong Desa Sungai Beras sebagai sentra produksi jelutung. Untuk itu, katanya, Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat telah berjanji untuk menampung hasil jelutung.

Di Lahan Gambut, Mereka Berharap dari Jelutung

Pinang

Jelutung adalah tanaman yang dikembangkan di hutan desa untuk menggantikan tanaman sawit yang selama ini menjadi andalan warga. Tanaman ini tumbuh subur di lahan gambut yang mengandung banyak air.

Jelutung memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan di lahan rawa karena keunggulan ekologi dan ekonomi. Tanaman ini mampu beradaptasi di rawa, dan relatif tumbuh cepat.

Jelutung memiliki hasil ganda. Getahnya bisa dipergunakan untuk kosmetik, karet, isolator. Sementara, kayunya bisa digunakan untuk pensil, vinir, moulding.

Seperti tanaman karet, jelutung bisa dimanfaatkan getahnya dalam waktu lama oleh warga lokal. Ketika produksi getah berhenti, maka kayunya bisa dimanfaatkan.

Selain jelutung, menurut Zulkarnain, tanaman andalan lain di Desa Sungai Beras adalah pinang. Setahun, katanya, produksi pinang 5.000 ton, dan luas lahan yang ditanami pinang 500 hektare. Harga satu kilogram pinang saat ini berkisar Rp15.000 hingga Rp17.000.

Selain jelutung, tanaman lada juga dibudidayakan di hutan desa, karena harganya yang cukup menjanjikan, Rp 150.000 per kilogram.

“Lada juga kami kembangkan dan akan menjadi andalan. Begitu juga dengan kopi khas gambut, kopi liberika,” tambah Bimo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nancy Junita
Editor : Fatkhul Maskur

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper