Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Indonesia berkomitmen menangani masalah sampah plastik yang mengotori lautan melalui Pertemuan Serpihan Plastik Laut Indonesia (Indonesia Marine Plastics Debris Summit).
Menurut Menko Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan dalam pertemuan tersebut di Jakarta, Rabu, sampah plastik yang dihasilkan manusia selama ini dapat menjadi masalah besar.
"Kita ini kadang tidak sadar 80% plastik di laut itu datangnya dari darat. Penduduk dunia sekarang 8 miliar jiwa, nanti bisa 10 miliar, plastik tentu akan bertambah. Kita harus ingatkan, plastik itu dimakan ikan, ikannya kita makan. Menurut sains, dalam waktu lama itu bisa mengubah DNA manusia," katanya.
Luhut menuturkan, pertemuan internasional yang digelar atas kerja sama Kemenko Kemaritiman, Kedutaan Besar Denmark dan Bank Dunia itu diharapkan dapat menghasilkan rencana konkret untuk mengatasi masalah sampah plastik lautan di Indonesia dan seluruh dunia.
Sejumlah upaya yang akan dilakukan pemerintah untuk mengurangi dampak buruk sampah plastik lautan, seperti meningkatkan kedisiplinan masyarakat hingga mendorong pengembangan pembangkit listrik tenaga sampah.
"Negara-negara Eropa siap berinvestasi di bidang ini di Indonesia. Pemerintah juga akan beri insentif sehingga harga listrik dari sampah ini dihargai sekitar 13-16 sen per kwh, lebih tinggi dari listrik batubara yang 9 sen per kwh agar sampah tidak dibuang ke laut, tetapi diproses (jadi listrik)," jelasnya.
Meski terkesan sederhana, Luhut mengaku masalah sampah perlu mendapat perhatian khusus.
"Masalah sampah plastik ini sederhana, tapi bisa berbahaya karena dampaknya untuk generasi kita di masa depan. Makanya perlu disadari dari sekarang," ujarnya.
Deputi I Bidang Kedaulatan Maritim Kemenko Kemaritiman Arif Havas Oegroseno menuturkan masalah sampah plastik di lautan sebenarnya bukan hanya masalah Indonesia yang negara kepulauan dan jadi jalur lintas samudera dunia.
Bahkan sampah plastik yang ditemukan di perairan Indonesia berasal dari negara-negara lain di kawasan. Oleh karena itu, pertemuan tentang sampah plastik di lautan itu juga melibatkan kalangan internasional.
"Masalah sampah ini masalah dunia. Pertemuan ini sendiri merupakan yang pertama, bahkan di Asia, khusus bicarakan soal sampah plastik. Kami akan berkomunikasi juga dengan negara-negara lain secara paralel untuk mengatasi masalah ini," katanya.