Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

1 Desember, Pangeran Maha Vajiralongkorn Jadi Raja Thailand

Thailand melakukan persiapan penobatan Pangeran Maha Vajiralongkorn pada 1 Desember, kata dua petinggi militer dekat dengan persoalan itu.
Raja Thailand Bhumibol Adulyadej./REUTERS-Sukree Sukplang
Raja Thailand Bhumibol Adulyadej./REUTERS-Sukree Sukplang

Bisnis.com, BANGKOK -  Thailand melakukan persiapan penobatan Pangeran Maha Vajiralongkorn pada 1 Desember, kata dua petinggi militer dekat dengan persoalan itu.

Kematian Raja Bhumibol Adulyadej pada 13 Oktober dalam usia 88 tahun menyebabkan rasa duka di negara Asia Tenggara berpenduduk sekitar 67 juta jiwa itu.

Berita terkait kegiatan Desember itu menyusul kepergian sang pangeran ke Jerman pada akhir pekan lalu, saat dia memiliki urusan pribadi untuk dihadiri, kata pejabat tinggi militer kepada Reuters, dengan menambahkan bahwa sang pangeran akan kembali pada November.

"Kami sedang membuat persiapan. Semua disiapkan untuk 1 Desember," kata petinggi militer lain, yang tidak menyebutkan namanya, "Namun, tenggat itu juga bergantung kepada Yang Mulia." Perdana Menteri Prayuth Chan Ocha telah mengatakan bahwa pengangkatan resmi sang pangeran dapat dilaksanakan dalam tujuh hingga 15 hari mangkatnya sang raja, atau lebih lama.

Saat berbicara atas nama sang pangeran beberapa jam setelah kematian Raja Bhumibol, Prayuth mengatakan bahwa sang pangeran ingin berkabung dengan rakyat dan mengabaikan penerusan tahta hingga waktu berikutnya, saat parlemen akan mengundangnya untuk naik takhta.

Upacara penobatannya tidak akan dilaksanakan hingga sang raja diperabukan satu tahun setelahnya.

Wajah Prem Tinsulanonda, 96, yang menjadi kepala Dewan Penasihat dan dikenal sebagai sosok pembentukan tradisional Thailand, bertindak sebagai seorang wakil hingga raja yang baru dinobatkan.

Hukum terkait penghinaan kerajaan yang ketat di Thailand menyebabkan tidak banyaknya pembicaraan terkait penerusan takhta secara publik. Hukum itu juga memotong diskusi publik terkait sang pangeran, yang tidak mendapatkan dukungan publik yang sama dengan ayahnya.

Thailand telah mengalami pergolakan politik selama lebih dari satu dasawarsa yang dilakukan oleh kalangan militer royalis melawan kelompok politik populis.

Kejadian terbarunya adalah kudeta militer Mei 2014 lalu yang menggulingkan pemerintahan perdana menteri Yingluck Shinawatra dan yang pihak militer Thailand sebut kejadian itu dilakukan untuk mengakhiri ketidakstabilan politik di Thailand.

Kan Yuenyong, kepala eksekutif kelompok penasihat Unit Intelijen Siam, mengatakan bahwa dia tidak memprediksi adanya kekerasan politik pada tahun ke depannya namun menambahkan bahwa perpisahan politik akan muncul kembali jika proses pengangkatan tidak berjalan mulus.

"Ketegangan politik mungkin akan muncul kembali dan perlawanan akan mengikuti," katanya.

Mata uang baht Thailand turun 0,9 persen pada Oktober di tengah kekhawatiran terkait kematian sang raja akan meningkatkan ketidakpastian politik dan merusak kegiatan perekonomian.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Martin Sihombing
Sumber : ANTARA/REUTERS
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper