Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Duterte Ternyata Juga Bunuh Lawan Politiknya

Presiden Filipina, Rodrigo Duterte memerintahkan pembunuhan terhadap lawan politiknya saat dia menjabat sebagai wali kota Davao, menurut kesaksian dari mantan anggota regu pembunuh di Davao.
Rodrigo Duterte/philstar.com
Rodrigo Duterte/philstar.com

Kabar24.com, JAKARTA--Presiden Filipina, Rodrigo Duterte memerintahkan pembunuhan terhadap lawan politiknya saat dia menjabat sebagai wali kota Davao, menurut kesaksian dari mantan anggota regu pembunuh di Davao.

Edgar Matobato memberi saksi dalam rapat Senat bahwa dia dan anggota tim lainnya membunuh sekitar 1.000 orang selama kurun waktu 25 tahun.

Dia memberikan rincian yang mengerikan tentang pembunuhan yang mereka lakukan. Bahkan mereka membunuh korban untuk makanan seekor buaya.

Akan tetapi juru bicara Duterte menolak tuduhan tersebut dan mengatakan bahwa investigasi selama Duterte menjabat sebagai wali kota tidak menunjukkan hasil.

Matobato, berusia 57 tahun, mengatakan dia dulu adalah anggota Davao Death Squad, grup yang terkenal main hakim sendiri, dan diduga bertanggung jawab atas pembunuhan ratusan orang.

"Tugas kami membunuh para penjahat seperti pengedar narkoba, pemerkosa, pencuri," ujar Matobato sebagaimana dikutip BBC.co.uk, Kamis (15/9/2016).

Dia juga menyatakan lawan politik Duterte, Prospero Nograles, juga menjadi target sebagimana juga dengan empat pengawalnya.

"Korban-korban ditembak atau dicekik, beberapa isi perutnya dikeluarkan dan dibuang ke laut untuk makanan ikan," ujarnya.
'Pengeboman masjid'

Dia mengatakan kepada anggota Senat bahwa dia dilindungi sebagai saksi, tapi sekarang dia bersembunyi ketika Duterte menjadi presiden karena takut nyawanya terancam.

Matobato juga menyatakan Duterte memerintahkan pengeboman sebuah masjid untuk membalas dendam atas serangan di Katedral Davao pada 1993.

Atas pernyataan tersebut, juru bicara Duterte mengatakan, "Saya kira dia (Duterte) tidak mampu memberikan perintah-perintah itu."
Duterte menjadi wali kota Davao pada 1988.

Sejak terpilih sebagai presiden tahun ini, lebih dari 3.000 pengguna dan pengedar narkoba dibunuh walaupun ada peringatan dari internasional karena melanggar HAM.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper