Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Lebanon Terbanyak Tampung Pengungsi, Butuh Dana US$2,1 miliar

Menurut data statistik badan bantuan internasional, Lebanon berada pada urutan pertama di dunia berkaitan dengan rasio pengungsi dibandingkan dengan warga pribuminya.
Ilustrasi/Reuters
Ilustrasi/Reuters

Bisnis.com, BEIRUT - Menurut data statistik badan bantuan internasional, Lebanon berada pada urutan pertama di dunia berkaitan dengan rasio pengungsi dibandingkan dengan warga pribuminya.

Lebanon menampung lebih dari 1,5 juta pengungsi Suriah, 550.000 pengungsi Palestina, 20.000 pengungsi Sudan dan Irak, sedangkan penduduk pribuminya tak lebih dari empat juta.

Sejak perlawanan terhadap Pemerintah Presiden Suriah Bashar al-Assad pada Maret 2011, ribuan pengungsi menyelamatkan diri dari negara yang dicabik perang tersebut dan menetap di berbagai wilayah Lebanon, dan Komisariat Tinggi PBB Urusan Pengungsi (UNHCR) memberi mereka bantuan yang diperlukan.

Namun, Kementerian Urusal Sosial Lebanon mengeluarkan data statistik yang memperlihatkan bantuan yang diberikan masyarakat internasional buat pengungsi Suriah tak lebih dari 20%. Menurut UNHCR, Lebanon memerlukan US$2,1 miliar untuk menangani pengungsi.

Sementara itu, sumber daya di Lebanon menyusut terutama di sektor layanan, serta bidang pendidikan, kesehatan dan lingkungan hidup.

Pada Hari Pengungsi Dunia, yang jatuh pada 20 Juni setiap tahun, Imad Abou-ALi, Koordinator Organisasi Bantuan Internasional dan pengungsi Suriah di Kamp Saghbine di Bekaa Barat, mengeritik penjatahan bantuan buat pengungsi sebab 70 persen pengungsi hidup di bawah garis kemiskinan, dengan upah tiga dolar per hari.

Ia mengatakan kepada Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis pagi-- peraturan hak asasi anak dilanggar setiap hari, saat keluarga Suriah dan anak mereka bekerja di sektor usaha swasta demi upah harian antara tiga dan lima dolar AS.

Sementara itu, kondisi berat kehidupan pengungsi Suriah di Lebanon, selain kekurangan lapangan kerja, memaksa banyak perempuan pengungsi menjadi wanita tuna susila agar bisa memenuhi kebutuhan harian mereka.

Pengungsi Suriah yang berusia 35 tahun, S.CH., misalnya, memberitahu Xinhua ia kehilangan suaminya dalam perang dan terjerumus ke dalam pelacuran di satu klub malam agar ia bisa memberi makan empat anaknya.

"Satu malam, petugas dinas keamanan Lebanon menangkap saya bersama 12 lagi perempuan Suriah karena melakukan pekerjaan tuna susila," katanya. "Setelah saya dibebaskan dari penjara, saya menjual diri lagi, dan kebanyakan jaringan pelacuran mempekerjakan perempuan Suriah." Sementara itu pengungsi lain yang bernama Leila Al-Hamad menyeru negara donor pada Hari Pengungsi Dunia agar secara sungguh-sungguh menangani krisis Suriah dan bekerja secara efektif ke arah diakhirinya perang di negara mereka.

Di Lebanon Utara, protes rutin digelar pada Hari Pengungsi Dunia untuk menarik perhatian masyarakat dunia pada penderitaan orang Palestina di Kamp Pengungsi Nahr El-Bared dan Al-Biddawi.

Sebanyak 70.000 orang Palestina tinggal di kedua kamp pengungsi tersebut dan mereka menghadapi kondisi sulit yang ditambah parah oleh pemotongan bantuan yang diberitakan oleh UNRWA.

Selain pertempuran bersenjata yang meletus pada 2007 antara militer Lebanon dan anggota milisi "Fatah El-Islam" mengakibatkan hancurnya Kamp Nahr El-Bared dan terusirnya sebanyak 40.000 pengungsi.

Sebagian besar warga Kamp Nahr El-Bared dipindahkan ke Kamp Al-Biddawi dan desa lain Lebanon di bagian utara, sebab proyek pembangunan kembali dan perbaikan yang didanai oleh masyrakat internasional belum selesai.

Beberapa pengungsi Palestina juga berusaha pindah ke Eropa dalam dua tahun belakangan.

Namun, kebanyakan upaya berkahir menyedihkan dengan tenggelamnya perahu pengungsi gelap yang secara tidak sah mengangkut pengungsi dari Lebanon Utara ke Turki atau Yunani.

Di Kamp Al-Biddawi, Mohammad Awad (67) mengatakan kepada Xinhua ia selam beberapa dasawarsa telah menyeru masyarakat internasional agar mengajukan resolusi ke PBB berkaitan dengan masalah Palestina.

"Tapi tampaknya masalah kami telah dilupakan dan penderitaan kami tak lebih dari menjadi berita utama di berbagai media dunia," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Martin Sihombing
Sumber : (Antara/Xinhua-OANA)
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper