Kabar24.com, JAKARTA - Kapal Angkatan Laut Australia menyelenggarakan upacara di Selat Sunda untuk mengenang salah satu pertempuran paling heroik di perairan Indonesia selama Perang Dunia Kedua.
Pada 1 Maret 1942, kapal penjelajah HMAS Perth I dan USS Houston menghadapi gugus tugas Angkatan Laut Jepang. Kalah dalam hal persenjataan dan jumlah personel, kedua kapal tersebut bertempur hingga keduanya tenggelam setelah kehabisan amunisi.
Sejumlah 375 orang gugur di kapal perang Australia, sementara 328 warga Australia diselamatkan hanya untuk menghabiskan masa perang di kamp Tawanan Perang, di mana jumlah mereka yang gugur bertambah.
USS Houston kehilangan 696 pelaut dan marinir sementara 368 personel ditangkap, banyak di antara mereka yang ditawan mengalami nasib yang sama dengan rekan tawanan mereka dari Australia.
Selang 74 tahun kemudian, Kapal Frigat Kelas Anzac Angkatan Laut Australia, HMASPerth III, menyelenggarakan upacara peringatan di lokasi tersebut – menabur bunga untuk menghormati dan mengenang mereka yang bertempur dan yang gugur.
Komandan HMAS Perth III, Kapten Ivan Ingham berujar pengorbanan para tentara yang gugur selama pertempuran tersebut membantu membentuk hubungan Indonesia dengan Australia.
“Awak kapal HMAS Perth I dan USSHouston merupakan bagian dari kisah perjuangan nasional Indonesia sebagaimana juga menjadi bagian sejarah masa perang Australia sendiri,” tutur Kapten Ingham dalam siara n pers, Rabu (15/6/2016).
Pihak berwenang Indonesia dan Australia sudah membuat kemajuan dalam memastikan bahwa bangkai kapal diamankan untuk generasi mendatang.
Pusat Penelitian Arkeologi dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI bekerja sama dengan Museum Maritim Nasional Australia mendokumentasikan bangkai kapal tersebut untuk keperluan pendidikan.
Juru bicara Museum Maritim Nasional Australia, Kieran Hosty, berujar langkah pertama adalah melakukan penyelaman di situs Perth I.
“Operasi seperti ini pastilah sulit dan berbahaya. Waktunya tergantung pada kekuatan arus air di bawah. Namun demikian, kami telah membicarakan hal ini dengan rekan-rekan Indonesia kami dan penyelaman akan dilakukan akhir tahun ini,” tutur Hosty.
Foto yang diperoleh selama penyelaman ini akan membantu pihak berwenang menentukan kondisi bangkai kapal. Bukti visual ini kemudian akan digunakan sebagai ilustrasi kisah HMAS Perth I dan USSHouston untuk generasi mendatang.
Ada harapan besar, area tersebut pada akhirnya akan dinyatakan sebagai zona konservasi maritim.
“Segala sesuatunya harus kita lakukan dengan hati-hati dan penuh hormat, mengingat bila bangkai kedua kapal menghilang, demikian pula warisan mereka – kecuali langkah-langkah diambil untuk melindungi mereka sekarang,” ujar Hosty.