Bisnis.com, SURABAYA—Kota Surabaya dan Kabupaten Banyuwangi menjadi semacam percontohan penerapan konsep kota pintar atau smart city di Provinsi Jawa Timur.
Karakter kedaerahan yang berbeda di antara keduanya membuat Surabaya dan Banyuwangi mengembangkan konsep smart city dengan gaya yang tak sama. Surabaya sedang menuju kota cerdas sedangkan Banyuwangi mengarah ke smart village.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Jawa Timur yang dipublikasikan Bank Indonesia menyebutkan ada enam dimesti smart city a.l. smart government, smart economy, smart environment, smart living, smart people, dan smart mobility.
“Smart city adalah konsep perencanaan kota dengan memanfaatkan perkembangan teknologi yang akan membuat hidup lebih mudah dan sehat,” kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jatim Benny Siswanto, mengutip KEKR Jawa Timur, Rabu (8/6/2016).
Pengembangan smart city di Kota Surabaya berjalan sejak 2002. Penerapannya dilakukan melalui implementasi e-budgeting. Ini bertujuan untuk meningkatkan transparansi, penghematan biaya, dan memudahkan proses pengawasan langsung.
Penerapan konsep kota cerdas di Surabaya mengusung enam aspek seperti di jelaskan dalam paragraf sebelumnya. Dalam smart economy diterapakn pemberdayaan berbagai komunitas usaha terutama usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Smart environment coba dirintis melalui pembangunan infrastruktur hijau, ruang terbuka hijau, pembangkit listrik bertenaga surya Benowo, dan panel surya di beberapa taman umum. Sementara smart government diimplementasikan dengan sistem pengelolaan keuangan daerah secara digital.
Selain itu, Pemkot Surabaya juga membekali wilayahnya dengan CCTV di 635 titik jalan. Ada pula smart mobility bentuknya seperti intelligent transportation system. Sementara smart people dilakukan tryout online, broadband learning center, dan hari bebas kendaraan bermotor setiap akhir pekan.
“Sementara itu untuk Kabupaten Banyuwangi juga gencar menerapkan smart city dengan penyesuaian terhadap sasaran pengembangannya ke arah smart village,” ujar Benny.
Seperti halnya Surabaya, Banyuwangipun menerapkan enam dimensi kota cerdas. Dalam hal smart economy dilakukan city branding destinasi wisata bertajuk Matahari Terbitnya Jawa. Selain ini juga dikembangkan tempat-tempat wisata baru disertai adanya rangkaian aneka festival.
Dalam hal smart environment coba direncanakan pengembangan sumber energi terbarukan. Adapun smart government pelaksanaannya dengan menyelenggarakan layanan pemerintah berbasis elektronik, layanan PBB drive thru, sistem informasi keuangan daerah secara online, dan lain-lain.
Untuk smart living Pemkab Banyuwangi meningkatkan pelayanan kesehatan miskin secara terpadu online, ada pula ambulans desa, pengembangan potensi wisata, serta program pelayanan pendidikan terpadu, dan lain-lain.
Sementara untuk smart mobility disediakan 1.000 titik wifi gratis untuk masyarakat, sekolah, kampus, dan lembaga pendidikan. Bentuk lainnya tak lain peningkatan kapasitas infrastruktur serta pemerataan dan pembangunan infrastruktur jalan.
Adapun untuk smart people mencakup empat hal, yaitu kursus bahasa asing, penyelenggaraan kompetisi blog, fasilitas 1.000 titik wifi gratis, dan peningkatan kemampuan pemasaran masyarakat melalui program kampung daring.
“Pengembangan kota cerdas turut mempertimbangkan kesiapan masyarakat dan komitmen pemerintah,” ucap Benny.
Guna mencapai predikat kota cerdas maka seluruh dimensi perlu diperkuat. Berdasarkan Garuda Smart City Maturity Model, Kota Surabaya sekarang ada di tahap integrative belum mencapai level kota cerdas.
Di sisi smart society dan smart environment, Surabaya terbilang unggul tetapi kurang dari dimensi smart economy. Adapun inisiatif Kabupaten Banyuwangi yang relatif baik di sisi smart economy bisa ditarapkan agar Surabaya benar-benar mencapai level kota cerdas.
