Bisnis.com,JAKARTA— Calon presiden dari partai Republik Donald Trump menolak rentetan kritik dari partainya sendiri.
Trump dikritik atas pernyataannya yang menyebutkan bahwa hakim Hispanik yang menangani kasus Trump University miliknya bersikap bias.
Trump bersikeras bahwa kekhawatirannya tersebut valid.
“Saya hanya ingin mencari tahu mengapa saya diperlakukan tidak adil oleh hakim dan banyak orang yang setuju dengan hal ini,” kata Trump seperti dikutip dari Reuters, Selasa (7/6/2016).
Trump mempertahankan sikap defensivenya sejak mengeluarkan komentar mengenai sang Hakim keturunan Meksiko-Amerika dari Pengadilan Distrik Amerika tersebut.
Dalam hal ini, dia juga mendapat kecaman dari partai Demokrat, termasuk Hillary Clinton.
“Saya tidak bisa menemukan kata lain yang bisa mendeskripsikan serangan ini kecuali rasis, prasangka, dan fanatik,” kata Clinton dalam
Trump dalam sebuah video call mengatakan pada pendukungnya bahwa mereka harus mendukung sang miliuner terkait serangannya kepada sang hakim.
Sebelumnya, Trump mengatakan bahwa silsilah Curiel [sang hakim] mempengaruhi opininya tentang kasus tersebut karena retorika kampanye Trump mengenai imigrasi illegal.
Trump, yang merupakan calon presiden dari partai Republik, berjanji akan menutup perbatasan Amerika-Meksiko dengan membangun dinding. Dia juga mengatkan Meksiko mengirimkan para pemerkosa dan penjual obat terlarang ke Amerika.
Mantan kandidat presiden dari partai Republik Marco Rubio yang juga seorang senator dari Florida juga ikut mengkritik Trump.
Dalam sebuah wawancara Rubio mengatakan komentar yang dilayangkan Trump tersebut salah dan dia harus berhenti.
Trump berulang kali menimbulkan kontroversi dalam kampanyenya dan seringkali mengecewakan para pemimpin pendiri partai Republik.
Pandangannya mengenai peradilan yang dinilai bias karena alasan etnis telah memicu gelombang kritik baru termasuk kekhawatiran di tubuh partainya sendiri.
Para pemimpin partai Republik termasuk Ketua DPR Paul Ryan dan pemimpin Senat partai Republik Mitch McConnel juga mengatakan bahwa mereka khawatir nada kampanye Trump membuat marah para penduduk berdarah Latin.