Bisnis.com,JAKARTA - Ketua Partai Saenuri yang merupakan partai berkuasa di Korea Selatan saat ini mengundurkan diri dari jabatannya menyusul hasil pemilihan yang mengejutkan pada Rabu (13/4/2016).
“Saya akan bertanggung jawab penuh mengenai kekalahan dalam pemilu dan mengundurkan diri dari jabatan sebagai ketua partai,” ujar Kim Moo Sung dalam sebuah pidato seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (14/4/2016).
Hasil pemilu parlementer tersebut bertolak belakang dengan prediksi sebelumnya yang menyebutkan bahwa yang menaungi Presiden Korea saat ini, Park Geun-hye, akan meraup lebih dari 150 kursi dan bahkan memenangkan hingga 180 kursi.
Partai tersebut gagal memenangkan kursi terbanyak di badan legislatif dan memperkecil kesempatan Park untuk merealisasikan agenda ekonominya di tahun terakhir pemerintahannya. Dalam perhitungan hampir seluruh surat suara, partai Saenuri di prediksi hanya akan meraup 122 kursi di parlemen. Sementara saat ini, partai tersebut menguasai 146 dari 300 kursi di parlemen.
Sikap keras Park mengenai Korea Utara ternyata tidak cukup ampuh untuk menggerakkan para pemilih. Sementara itu, kelesuan ekonomi malah memberatkan partai tersebut. Belum lagi, tingkat pengangguran kaum muda di Korea Selatan mencapai titik tertinggi pada Februari dan keadaan itu diperparah dengan kinerja ekspor yang terlihat melemah dalam 15 bulan berturut-turut.
Park berusaha untuk mengatasi stagnansi ekonomi dengan meningkatkan kwirausahaan dibawah kebijakan ekonomi kreatifnya.
“Bagaimana mungkin orang-orang bisa menjadi kreatif ketika mereka tidak punya perkerjaan?” Ujar Kwon Sang Yoon (31 tahun) yang bekerja di sebuah perusahaan telekomunikasi. Kwon mengatakan dia menginginkan adanya perubahan rezim dan memilih partai oposisi utama Saenburi, Minjoo Party, yang kemungkinan akan memenangkan sekitar 120 kursi, berdasarkan hasil tentatif.
Dalam sebuah editorial pada Kamis, (14/4/2016) yang menganalisis pemilu, surat kabar utama Korea Hankook Iibo mengatakan kaum muda Korea dengan rentang usia 20an hingga 40an menganggap partai Saenuri yang berkuasa saat ini gagal menjaga mata pencaharian warga sipil dan terlalu fokus dengan perebutan kekuasaan.
