Kabar24.com, JAKARTA - Pengiriman gelombang kedua para migran dari Yunani ke Turki berlangsung hari ini sebagai bagian dari kesepakatan antara Uni Eropa dan Turki untuk mengurangi arus migran ke Eropa.
Gelombang pertama yang sebagian besar merupakan migran asal Pakistan tiba di Turki pada Senin lalu. Akan tetapi sejak itu proses pengiriman terhenti karena migran yang mengisi permohonan suaka di Yunani mendadak meningkat drastis.
Hari ini dua perahu berisi ratusan migran diperkirakan akan tiba di Turki dari Yunani.
Melalui perjanjian antara Uni Eropa dan Turki, semua migran Suriah yang mencapai daratan Yunani harus dikirim ke Turki jika mereka tidak mengajukan permohonan suaka atau permohonan mereka ditolak.
Lalu, untuk setiap migran Suriah yang dikirim ke Turki, satu migran Suriah yang telah berada di Turki akan ditempatkan di Uni Eropa.
Bagi migran non-Suriah yang dikirim ke Turki, mereka akan dikirim ke pusat deportasi.
Adapun migran Suriah akan dibawa ke kamp pengungsian untuk menggantikan pengungsi Suriah yang dikirim ke Uni Eropa.
Kesepakatan
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan negaranya hanya akan menerapkan kesepakatan itu jika Uni Eropa memenuhi janji mereka.
Ada persyaratan spesifik. Jika Uni Eropa tidak mengambil langkah-langkah yang diperlukan, Turki tidak akan menerapkan kesepakatan, kata Erdogan.
Kesepakatan antara Uni Eropa dan Turki mendapat sorotan dari berbagai pihak, termasuk lembaga Amnesty International.
Wakil Direktur Amnesty International untuk kawasan Eropa, Gauri van Gulik, mengatakan para migran yang ditahan di Pulau Lesbos dan Chios di Yunani tidak memiliki akses bantuan hukum dan tidak punya informasi mengenai statusnya.
Berdasarkan data Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM), sebanyak satu juta migran dan pencari suaka memasuki wilayah Uni Eropa menggunakan perahu dari Turki ke Yunani sejak Januari 2015.
Pada tahun ini saja, sebanyak 143.000 orang telah tiba di Eropa dan sekitar 460 orang di antara mereka meninggal dunia.