Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pajak Gula Inggris, Perang Melawan Obesitas

Subsidi kesehatan untuk penderita obesitas di Inggris 5,1 miliar pound sterling per tahun.
Obeisitas. /Bisnis.com
Obeisitas. /Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Anak yang gemuk mungkin dianggap sebagian besar orang lucu dan menggemaskan.  Adakalanya obesitas dianggap sebagai simbol kecukupan.  Namun, kini makin banyak yang menyadari timbunan lemak yang berlebih belum tentu sehat, bahkan merugikan kesehatan.

Hal ini lah yang akhir-akhir ini menjadi masalah nasional di Inggris.  Semakin banyaknya jumlah anggota masyarakat, bahkan dalam usia sangat muda, yang mengalami obesitas membuat pemerintah bak kebakaran jenggot.

Mereka menuding konsumsi gula yang berlebihan lah sebagai biang keladi makin tingginya kasus ‘sangat gemuk’ di negara itu. Masyarakat yang sadar akan  kesehatan dan lembaga swadaya masyarakat pun beramai-ramai mengajukan petisi kepada pemerintah, untuk menyediakan solusi atas masalah kesehatan akibat pola hidup tidak sehat ini.

Isu yang mulai merebak secara masif sejak pertengahan tahun lalu ini pun mendapat tanggapan dari pemerintah. Parlemen Inggris pada Juni 2015 mendesak pemerintah untuk mengendalikan dan membatasi distribusi makanan dan minuman berkalori tinggi.

Hal tersebut didasarkan pada data terakhir dari Komite Kesehatan Inggris yang menyebutkan, pemerintah harus menanggung biaya layanan kesehatan bagi para penderita obesitas dengan nilai yang besar.

Setiap tahun, menurut komite yang ada di bawah naungan Parlemen Inggris ini, negara harus kehilangan dana 5,1 miliar pound sterling setiap tahunnya hanya untuk menyubsidi pengobatan penderita obesitas.   Alokasi subsidi paling besar mengalir ke pengobatan anak-anak kecil yang juga menderita sakit gigi selain kegemukan.

"Sepertiga dari anak-anak meninggalkan sekolah dasar akibat kelebihan berat badan atau obesitas, dan anak-anak dari kalangan bawah memiliki kecenderungan dua kali lebih besar dari kalangan lain," kata Sarah Wollaston, Ketua Komite Kesehatan Inggris pada Agustus 2015.

Dalam laporannya kepada Parlemen Inggris komite ini menyarankan, agar perusahaan makanan dan minuman menyertakan kandungan gula dalam setiap kemasannya. Komite ini juga menyarankan pemerintah menerapkan batas atas penggunaan gula kepada para pengusaha.

Sementara itu, inisiatif mandiri pun dilakukan oleh organisasi di bawah naungan Kementerian Kesehatan National Health Service (NHS) sejak awal November 2015. Organisasi yang memiliki kewenangan menentukan pendanaan kesehatan di beberapa negara ini, berencana memberikan denda kepada sejumlah rumah sakit yang masih menggunakan gula dalam porsi tinggi.

Selain itu, NHS juga akan memberikan ketentuan terbaru, agar produk dengan kadar gula yang tinggi, dijual dengan harga yang lebih mahal di rumah sakit Inggris. Direktur NHS Inggris Simon Stevens mencanangkan, hingga 2020 seluruh rumah sakit di Inggris akan bebas dari kelebihan kalori.

Ambisi ini menjadikan NHS sebagai organisasi pemerintah pertama yang  memberlakukan pembatasan pada konsumsi gula. Stevens meyakini, gerakan yang dimulai dari lingkaran pasien dan karyawan rumah sakit ini, akan menjadi contoh dan pedoman bagi masyarakat lainnya.

Di Inggris, pola makan yang buruk yang berkaitan dengan kelebihan konsumsi kalori merupakan penyebab kematian tertinggi  kedua, setelah merokok. "Rokok membunuh 80.000 orang per tahun, dan masih menjadi ancaman penyakit terbesar. Akan tetapi, pola makan yang buruk juga tak kalah berpengaruh," katanya.

Menurut Stevens, sejumlah toko makanan ringan dan supermarket dinilai menjadi salah satu aktor utama pemicu obesitas. Di Inggris, supermarket dan toko makanan seolah berlomba menjual kue dan biskuit berkalori tinggi dengan harga murah dan disertai diskon. Mereka juga menempatkan makanan ringan di dekat kasir, di tempat para konsumen mengantri, agar mudah menarik perhatian konsumen.

“Cara pemasaran seperti itu menyumbang tingginya  peningkatan lingkar pinggang para warga Inggris. Dua pertiga warga Inggris saat ini tercatat telah menderita obesitas,” tambahnya.

Dia menilai, kebiasaan ini tak akan mudah dihentikan apabila pemerintah tidak turut serta meredakannya. Untuk itu Stevens mendesak sejumlah menteri untuk mengambil tindakan tegas terkait dengan penanggulangan obesitas, termasuk memaksa perusahaan makanan untuk tidak menggunakan gula dalam produk mereka.

Pajak Gula Inggris, Perang Melawan Obesitas

Agenda Setting

Temuan Komite Kesehatan Inggris dan upaya NHS ini sempat mendapat cibiran dari para pengusaha industri minuman dan makanan. Mereka mengkritik para anggota Parlemen Inggris dan pemerintah telah menelan mentah-mentah isu yang dilemparkan oleh industri pesaing makanan dan minuman.

“Anggota parlemen telah menelan mentah-mentah agenda seting para pelobi. Ini mengecewakan karena pemerintah tak lagi independen dalam menengahi perdebatan terkait penyebab obesitas ini," kata Ian Wright, Direktur Jenderal Asosiasi Makanan dan Minuman Inggris.

Namun, tekanan yang semakin tinggi membuat pemerintah akhirnya turun tangan. Dalam rancangan anggaran pendapatan dan belanja 2016, Menteri Keuangan Inggris George Osborner akhirnya memasukan rencana pengenalan tarif pajak baru yang dibebankan untuk minuman ringan dengan kadar gula berlebihan.

Pengenalan tarif pajak baru ini, menurut Osborne, merupakan tanggapan pemerintah atas tekanan dan masukkan dari pemerintah. Dalam skema ini pajak  akan diterapkan kepada minuman dengan kandungan gula di atas 5 gram per 100 mililiter air. Penerapan pajak ini rencananya akan  mulai diterapkan pada April 2018.

”Inggris memiliki tingkat obesitas terburuk di Eropa. Data resmi tahun lalu menunjukkan 61,9% orang dewasa Inggris dan 28% anak-anak usia 2-15 tahun mengalami obesitas. Kami [Pemerintah] tak bisa tinggal diam,” katanya Jumat (18/3).

Osborne juga menyebutkan, keputusan pemerintah memasukkan tarif pajak yang lebih tinggi kepada industri minuman ini didasarkan pada penelitian dari para ahli yang diperolehnya. Satu kaleng minuman bersoda telah mengandung sembilan sendok teh gula.

Sementara itu, minuman favorit anak-anak lainnya mengandung 13 sendok gula setiap kalengnya. Hal ini menyebabkan, dalam satu generasi lebih dari 50% anak laki-laki dan 70% anak perempuan telah mengalami obesitas.

Osborne  menyebutkan, kebijakan pengenaan pajak pada minuman berkandungan gula tinggi ini telah sukses dilakukan di Perancis, Belgia, Hungaria dan Meksiko. Dia berharap, kebijakan ini juga akan sukses di Inggris.

Dia mencanangkan kebijakan ini akan menambah pendapatan pajak pemerintah Inggris pada 2018 hingga 520 juta poundsterling. Dia pun berharap perusahaan minuman dapat menurunkan kandungan gulanya sebelum 2018.

Akibat kebijakan pajak ini, saham minuman dengan kandungan gula tinggi sempat jatuh pada Jumat (18/3) lalu.  Britvic dan AG Barr, yang membuat produk Irn Bru, sahamnya turun 5%. Sementara itu, perusahaan pembuat gula Tate & Lyle turun 2%. ()

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Bloomberg/Reuters

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper