Kabar24.com, JAKARTA – Fenomena equinox sedang banyak dibicarakan pekan ini, karena disebut-sebut berkontribusi membuat suhu hingga 40 derajat Celsius.
Mengutip dari Mirror.co.uk, Jumat (18/3/2016), fenomena ini terjadi menjelang musim semi. Fenomena equinox menandai musim semi akan tiba di belahan Bumi utara.
Kata equinox adalah bahasa Latin yang berarti "malam yang sama.” Pada saat equinox, durasi siang dan malam hari di berbagai tempat di seluruh dunia cenderung sama. Equinox juga memungkinkan durasi gelap atau terang yang sama di berbagai belahan dunia.
Para pakar meterorologi menjadikan equinox ini sebagai patokan menentukan musim. Sekalipun kejadiannya bervariasi, namun equinox dinilai lebih akurat.
Secara tradisional, penduduk di belahan Bumi utara menjadikan fenomena ini sebagai pertanda memasuki musim semi.
Equinox adalah fenomena alam yang terjadi akibat keimiringan Bumi terhadap Matahari. Kemiringan Bumi adalah 23,5 derajat terhadap bidang orbit.
Siang Lebih Panjang
Meskipun satu revolusi planet memakan waktu 24 jam atau sehari, tetapi durasi ini tergantung pada waktu tahun.
Pada saat musim panas, belahan Bumi bagian utara miring mengarah ke Matahari, sehingga penduduk Bumi merasakan siang hari lebih panjang, karena banyak cahaya jatuh di wilayah tersebut.
Kondisi inilah yang membuat suhu cenderung lebih panas di beberapa tempat tertentu.
Tahun ini, musim semi equinox jatuh pada 20 Maret 2016. Fenomena ini menandai dimulainya siang hari yang terasa lebih panjang dan malam hari akan menjadi lebih pendek hingga fenomena musim panas ‘solstice’ pada 20 Juni.
Sebaliknya, pada saat fenomena musim panas ‘solstice’, maka malam hari lebih panjang dibanding siang hari.