Bisnis.com, JAKARTA--Rektor Zhejiang University of Science and Technology menganugerahkan gelar profesor kepada Komisaris Utama Garuda Indonesia, Jusman Syafii Djamal.
Menurut siaran pers Garuda Indonesia, profesor kehormatan itu diberikan setelah mantan Menteri Perhubungan itu memberikan kuliah umum soal perbandingan pengalaman Indonesia dan China selama 25 tahun membangun teknologinya.
"Penghargaan ini diberikan bukan hanya atas sumbangsih intelektual dan kerjasamanya, tetapi juga persahabatan bagi dua negara di masa-masa mendatang," kata Cai Yuan Qiang sebagimana dikutip dari siaran pers Garuda, Sabtu (5/3/2016).
Dalam paparannya di depan para akademisi perguruan tinggi itu, Jusman mengatakan bahwa pada awalnya baik Indonesia dan China memiliki kesamaan orientasi dalam membangun teknologi majunya. Akan tetapi dalam perjalanannya dan kebijakan yang diambil justru berbeda yang disebut "Indonesia ways" dan "China ways".
Jusman lebih jauh menceritakan latar belakang yang membuat China dan Indonesia berbeda style.
China memulainya di era Deng Xiao Ping yang memilih untuk membangun daerah-daerah perkotaan (metropolitan). Akan tetapi China melengkapinya dengan menciptakan kawasan-kawasan khusus terpadu seperti industrial zone, areal komersial, kawasan perumahan serta industri pariwisata. Dengan demikian, kebutuhan pasar dan teknologi bisa bertemu, ujarnya.
"Disinilah muncul dua paradigma yang dianut Indonesia dan China. Indonesia memilih pola technology driven yang dilaksanakan secara bertahap, sedangkan China menganut market driven yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan," ujarnya.
Pemberian gelar itu disaksikan oleh Konsul Jenderal RI untuk Shanghai Kenssy D Ekaningsih, Sekretaris Dewan Pertimbangan Presiden Kemal Taruc serta Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Suharso Monoarfa, dan Kepala Badan Otorita Batam Mustafa Wijaya.