Bisnis.com, BEIJING – Pembangunan kapal induk kedua China dinilai wajar karena skala pembangunannya lebih kecil dibandingkan dengan Amerika Serikat dan bahkan India.
Peneliti pada Institut Riset Studi Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) Zhang Junshe mengatakan kapal tersebut memang diperuntukkan untuk membantu operasi serbu agar berlangsung lebih cepat.
“Tapi misinya akan memungkinkan untuk operasi penyelamatan kemanusiaan dan bantuan bencana,” katanya sebagaimana dikutip dari kantor berita Xinhua, Jumat (1/1/2015).
Sebelumnya, Kementerian Pertahanan China mengatakan kapal induk berbobot 50.000 ton itu akan menggunakan bahan bakar konvensional (nonnuklir) dan memakai desain ski-jump untuk lepas landas pesawat tempur.
Proses desain dan manufaktur kapal tersebut berlangsung sepenuhnya di China, tanpa melibatkan bantuan asing.
Pada 25 September 2012, China mengoperasikan kapal induk pertamanya, Liaoning, yang dipermak dari kapal bekas Uni Sovyet, Varyag. Kapal tersebut dipergunakan untuk kepentingan penelitian, pengujian, dan pelatihan.
Menurut Zhang, dibandingkan Liaoning, kapal kedua ini akan memiliki performa dan teknologi yang lebih matang, dengan koordinasi lebih baik antara sistem dan kapasitas anti-interferensi tinggi.
Negara-negara Barat mencemaskan rencana pembangunan kapal induk sebagai wujud sikap agresif China di bidang militer. Apalagi, pemerintah Negeri Panda tengah bersengketa dengan negara-negara tetangga karena mengklaim seluruh perairan Laut China Selatan.