Bisnis.com, PADANG—Kinerja ekspor Sumatra Barat per November 2015 mengalami penurunan 20,34% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, atau membukukan US$126,9 juta. Angka itu juga turun 19,58% dari bulan sebelumnya.
Kepala BPS Sumbar Yomin Tofri menyebutkan penurunan eskpor itu disebabkan belum pulihnya tekanan ekonomi yang menyebabkan harga komoditas ekspor unggulan kian anjlok di pasar global.
“Komoditas sawit dan karet yang jadi produk eskpor utama harganya belum juga pulih, malah semakin jatuh. Kalau volume sebetulnya tidak turun,” katanya, Rabu (16/12/2015).
Dia mengatakan secara komulatif dari Januari-November 2015 ekspor Sumbar tercatat US$1,62 miliar atau turun 16,93% dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Ekspor tersebut masih menyasar India, Amerika Serikat, Singapura, Srilanka, Belanda, Inggris, Myanmar, Selandia Baru, China, dan Kanada, dengan komoditas utama tetap cruid palm oil (CPO) dan karet.
Adapun, dunia usaha mendorong pemerintah setempat mengoptimalkan pemanfaatan Pelabuhan Teluk Bayur untuk mengatasi anjloknya kinerja ekspor.
Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sumbar Asnawi Bahar menyebutkan kawasan barat Pulau Sumatra menjadi tidak seksi bagi investasi karena minimnya kreatifitas daerah mengembangakan kawasan tersebut.
“Mestinya jadi pintu gerbang perdagangan di kawasan barat. Pelabuhan Teluk Bayur perlu dioptimalkan pemanfaatannya,” katanya.
Dia mengakui volume ekspor dari daerah itu mengalami penurunan akibat pelemahan ekonomi dan rendahnya harga komoditas dalam negeri.
Asnawi mendorong pemerintah daerah melakukan evaluasi dengan duduk bersama pemangku kepentingan, pengusaha, dan akademisi untuk mencarikan solusi pengembangan kawasan barat Sumatra.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sumbar Muzakir Aziz mendorong kepala daerah lebih aktif membangun lobi di tingkat nasional dan mengajak investor untuk menanamkan modalnya di Sumbar.
“Lebih aktif mencari terobosan, sehingga kawasan ini menjadi daerah yang ramah investasi,” katanya.