Bisnis.com, JAKARTA - Berdasarkan Association of Southeast Asian Nation [ASEAN] Business Outlook Survey 2014, Indonesia dianggap sebagai negara tujuan investasi asing, bahkan menjadi salah satu tujuan utama dibandingkan negara Asia lainnya. Namun, survei tersebut juga mengidentifikasi bahwa Indonesia memiliki tenaga kerja dengan keahlian rendah dan murah sebagai kekuatannya.
Bangsa Indonesia tidak akan mampu bersaing dan akan kehilangan kesempatan kerja yang baik jika guru yang merupakan ujung tombak pendidikan tidak didukung dalam mencetak lulusan dengan keterampilan tinggi. Untuk membantu memperbaiki situasi tersebut, peningkatan mutu pendidikan harus terus menjadi prioritas pembangunan termasuk di dalamnya pembenahan tata kelola guru.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Anies Baswedan mengatakan pentingnya guru zaman sekarang untuk menginspirasi para murid melalui retorika serta media nyata yang mudah dicontoh.
“Ki Hajar Dewantara pernah berpesan dalam mengajar di kelas, guru sebaiknya selalu membuka salah satu dinding ruang untuk muridnya. Hal tersebut bermakna para guru harus mampu membawa muridnya pada sebuah kehidupan interaksi dengan dunia luas,” kata Anies dalam Kopi Darat Guru Belajar Sepanjang Masa di Perpustakaan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Lebih dari itu, tuntutan pada melihat perspektif guru yang sebenarnya juga ditekankan Anies. Menurutnya, guru tidak boleh dijadikan obyek dari sebuah kebijakan. Justru dalam membuat kebijakan para pemangku kepentingan harus belajar dari apa yang sudah pernah diajarkan para guru.
Selama sepuluh tahun terakhir, pemerintah telah banyak yang dilakukan dalam melaksanakan agenda reformasi pendidikan secara menyeluruh. Pada 2001, tanggung jawab sebagian besar aspek pelayanan pendidikan dasar diserahkan kepada pemerintah daerah.
Reformasi lebih lanjut diperkenalkan pada 2003 yang memberikan dasar hukum bagi manajemen berbasis sekolah dan komite sekolah diperkenalkan sebagai upaya untuk mendorong partisipasi masyarakat setempat serta memperkuat akuntabilitas sekolah dan orang tua.
Sementara itu, Undang-Undang (UU) Guru tahun 2005 mengatasi masalah kekurangan gaji dan kualitas guru dengan memperkenalkan sertifikasi dan penguatan program pengembangan keprofesian berkelanjutan.
Pada saat yang sama, program Biaya Operasional Sekolah (BOS) diluncurkan dan membekali sekolah dengan sumber daya penting untuk mendukung mereka menerapkan reformasi manajemen berbasis sekolah. Ketiga reformasi tersebut bermuara pada harapan membawa sistem pendidikan Indonesia sejajar dengan pendidikan modern di seluruh dunia.
UU Guru dan program sertifikasi juga telah meningkatkan proporsi guru dengan gelar sarjana dari 36% menjadi 63% antara tahun 2006 dan 2012. Meski peningkatan investasi di bidang pendidikan ini mampu menghasilkan sejumlah prestasi penting dalam hal peningkatan kesempatan pendidikan, tetapi kinerja pembelajaran atau prestasi belajar murid tampak masih beragam.
Menurut Profesor Pendidikan Internasional dan Pengembangan dari University of Sussex, Inggris Keith Lewin, pemanfaatan dana secara efisien untuk memberdayakan guru tentu memerlukan alokasi insentif sepanjang perjalanan karier para guru, juga porsi dana yang lebih banyak bagi guru yang telah lama berkarya ketimbang bagi para guru baru.
Di sisi lain, para guru dan tenaga kependidikan harus mampu menciptakan inovasi dan membuat perubahan bagi proses belajar-mengajar yang lebih baik. Sebenarnya Indonesia memiliki cukup banyak guru-guru dan tenaga kependidikan cemerlang yang telah melakukan terobosan luar biasa, menjadi teladan dan inspirasi bagi komunitas, dan berhasil menanamkan budaya baru dalam pendidikan di lingkungannya.
Salah satunya pemenang Lomba Kreativitas Guru SMP bidang Matematika dari SMPN 199, Jakarta Ghelviny yang pernah membuat pameran tentang materi dari buku matematika. Menurutnya sudah saatnya guru melihat jeli perkembangan yang diikuti anak zaman sekarang.
“Awalnya saya mulai dari mengenal hobi, murid-murid saya kemudian saya mencoba mewadahi dengan membuat pameran matematika yang memuat beragam karyanya dengan tetap mengusung tema dari materi matematika,” ujar Ghelviny.
Mmenurut Juara III Kepala Sekolah Berprestasi dari SLB B-C Islam As-Syafi'iyah Jakarta, Andriyastuti mengatakan setiap anak juga tidak boleh dibedakan. Anak-anak memiliki kemampuan yang sama untuk berhasil apapun kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya.
“Akhirnya menjadi tugas guru untuk selalu menjadi fasilitator pembelajaran bagi anak-anak,” katanya.