Bisnis.com, JAKARTA— Indeks Kesejahteraan Kota-kota di Asia Pasifik (Asia Pacific Cities Well-Being Index) yang pertama kali dikeluarkan oleh MasterCard mengungkapkan masyarakat yang tinggal di kota-kota negara berkembang lebih memiliki sikap positif terhadap kesejahteraan dibandingkan dengan mereka yang berada di kota-kota negara maju.
Indeks ini dikelurkan bertepatan dengan Hari Kota Sedunia (World Cities Day) yang jatuh pada 31 Oktober lalu,
Melalui keterangan resmi yang diterima Bisnis.com, Senin (23/11/2015), disebut patut diperhatikan bahwa terdapat perbedaan yang sangat signifikan pada tingkat tekanan (stress) yang dimiliki antara mereka yang tinggal di negara maju dan negara berkembang.
Lebih lanjut dalam indeks dijelaskan, hampir 9.000 orang di 33 kota di 17 negara di Asia Pasifik telah disurvei yang mengukur tingkat kesejahteraan secara keseluruhan dengan menilai sikap masyarakat terhadap empat komponen: Pekerjaan dan Keuangan (Work and Finances), Keamanan dari Ancaman (Safety from Threats), Kepuasan (Satisfaction), dan Kesejahteraan Pribadi (Personal Well-Being).
Hasilnya, Bangalore merupakan kota dengan sikap yang paling positif, diikuti oleh Jakarta dan Delhi. Sementara, kota dengan sikap yang paling tidak positif adalah Dhaka, diikuti oleh Tokyo dan Busan.
Perbedaan yang paling signifikan pada tingkat sikap positif terlihat saat mendiskusikan hal mengenai “Kesejahteraan Pribadi”, meliputi keluarga, tekanan pekerjaan dan keuangan, serta kesehatan.
Secara keseluruhan, masyarakat di kota-kota negara maju merasakan lebih banyak tekanan, dan kurang optimis saat berbicara mengenai kesehatan secara umum dibandingkan dengan mereka yang berada di kota-kota negara berkembang.
Selain itu, masyarakat di negara maju juga merasa lebih tertekan terhadap “Pekerjaan dan Keuangan” mereka. Mereka juga kurang optimis terhadap prospek pendapatan rutin mereka di masa depan serta pekerjaan dibandingkan dengan mereka yang berada di kota-kota negara berkembang.
Meskipun demikian, mereka memiliki kontrol yang lebih baik dalam menjaga jumlah tagihan mereka dan menabung untuk pengeluaran yang besar.
Sementara itu, kota-kota negara maju di Australia (Adelaide, Perth, Brisbane, Melbourne, dan Sydney), Korea Selatan (Busan) dan Taiwan (Taipei) merupakan kota-kota yang paling pesimis terhadap prospek pekerjaan mereka.
Dalam indeks ini juga ditekankan masalah yang menjadi perhatian bersama di kota-kota negara maju maupun negara berkembang berfokus sekitar “Keamanan dari Ancaman”. Kejahatan Keuangan serta kejahatan dunia menjadi sebab untuk suatu perhatian tertentu.
Georgette Tan, Group Head Communications Asia Pasifik MasterCard, mengatakan asumsi yang sering muncul di masyarakat adalah perkembangan ekonomi mengarah kepada berkurangnya tekanan keuangan, keluarga, dan pekerjaan.
“Meskipun demikian, sudah jelas dipaparkan dalam indeks yang pertama dari MasterCard tersebut bahwa masyarakat di negara maju lebih merasa sangat berada di bawah tekanan, baik di tempat kerja maupun dirumah,” katanya.
Georgette menambahkan seiring dengan lambatnya pertumbuhan ekonomi di negara maju, besar kemungkinan hal tersebut berdampak pada tingkat optimistime terhadap prospek pekerjaan. Dia mencontohkan bila seseorang tidak merasa senang dengan tempat bekerjanya dan di luar sana hanya sedikit pilihan pekerjaan yang tersedia, kemungkinan orang itu akan merasa lebih tertekan.
“Tekanan pekerjaan dan keuangan tersebut merupakan pemicu dari tekanan keluarga, sehingga angka-angka tersebut akan terlihat saling berhubungan,” ujarnya.
Namun, kata Georgette, harus dicatat bahwa masyarakat secara keseluruhan, baik di kota-kota negara berkembang maupun negara maju tetap positif terhadap kesejahteraan mereka saat ini.
“Kesempatan dan kualitas hidup harus terus meningkat di seluruh kota di Asia Pasifik jika mereka ingin terus tumbuh dan berkembang,” kata Georgette.