Kabar24.com, JAKARTA -- Kepala Program Sistem Pemilu Elektronik , Andrari grahitandaru mengatakan perangkat e-voting yang digunakan BPPT dalam pilkades di enam desa di Kabupaten Boalemo, Gorontalo adalah generasi ketiga. Diyakininya versi ketiga ini semakin memantapkan aspek pelaksanaan e voting di Indonesia.
“Sistem dalam perangkat pemilu elektronik ini sudah menggunakan open system, dimana perangkat kerasnya dibuat se fleksible mungkin,” katanya saat dibubungi Bisnis.com, Jakarta, Senin (19/11/2015).
Alat pembaca KTP elektronik, sambungnya, yang digunakan di Boalemo pun buatan dalam negeri.
"Ini merupakan sebuah kemajuan dalam pelaksanaan Pemilu secara elektronik. Seharusnya hal ini dapat menjadi momentum bagi seluruh stakeholder penyelenggara Pemilu bahwa e-voting telah andal untuk model pelaksanaan Pemilu Legislatif, juga Pilpres," jelasnya.
Selain itu, sistem baru yang telah dibuat oleh BPPT adalah dari sisi aktifasi dimana aktifasi itu terdiri terdiri dari tiga, yaitu aktivasi token yang dapat mewujudkan azas luber jurdil. Kedua, aplikasi e-voting yang juga mewujudkan azas luberjurdil dan ketiga aplikasi pengirim yang sudah memenuhi standar keamanan sistem informasi.
Andra menerangkan, saat ini BPPT bukan merupakan penyelenggara pemilu elektronik. Bahkan perangkat e-voting juga telah diserahkan kepada industri nasional.
“Perangkat evoting dan KTP elektronik reader sudah dialihkan ke industri nasional dan untuk penyelenggaraan pemilu elektronik baik tingkat pilkades pilkada ini wajib menggunakan perangkat dari industri nasional,” tuturnya.
Kedepan, lanjut Andra, perbaikan dari sisi aplikasi masih terus dikembangkan, terutama dari sisi keamanan.
Dengan digunakannya perangkat e-voting dalam pemilihan elektronik, digadang akan menghemat anggaran hingga 50%.
"Semua manfaat efisiensi jika dinilaikan dengan rupiah, menginsvestasikan perangkat e-voting yang bisa dipakai berkali-kali, kami sudah menghitung efisiensinya minimal 50% atau bisa lebih," pungkasnya.