Bisnis.com, MANADO- -Bank Indonesia Perwakilan Sulawesi Utara berupaya untuk kembali mengaktifkan program Rumah Pangan Lestari guna menekan kontribusi komoditas pertanian dalam mengerek inflasi kawasan ini.
Program tersebut merupakan inisiasi Pemerintah Provinsi Sulut dan Kota Manado yang bertujuan agar setiap masyarakat memanfaatkan pekarangan rumahnya untuk menanam tanaman pangan, misalnya cabe dan padi.
“Ini bukan program baru, tapi kami mencoba untuk mengaktifkannya kembali karena manfaatnya cukup terasa dalam meredam kenaikan inflasi di Sulut,” kata Kepala Bank Indonesia Sulawesi Utara Peter Jacobs di Manado, Rabu (30/9).
Menurutnya, Program Rumah Pangan Lestari harus terus disebarluaskan hingga ke 15 kabupaten/kota di Sulut. Tidak hanya itu, dirinya mengungkapkan ketegasan pemerintah daerah cukup penting untuk memberikan contoh bagi masyarakat.
Sebagaimana diketahui, beberapa komoditas pertanian misalnya cabe dan padi merupakan penyumbang utama kenaikan inflasi di kawasan Nyiur Melambai ini. Apalagi, musim kekeringan yang terus meluas berpeluang memangkas produksi cabe dan padi di Sulut ini.
Selain berencana mengaktifkan kembali Program Rumah Pangan Lestari, BI Perwakilan Sulut bekerja sama dengan dinas-dinas terkait untuk meningkatkan suplai produksi cabe.
Dalam waktu dekat, BI dan pemda bakal membagikan varietas bibit cabe yang tahan panas. Rencananya, bantuan bibit-bibit itu akan dibagikan pada musim tanam akhir tahun ini.
Pada saat yang sama, pihaknya memprediksi laju inflasi pada September mencapai 0,46% month-to-month (mtm), dan 9,15% year-on-year (yoy). Proyeksi kenaikan inflasi tersebut, menurutnya, lebih dipengaruhi oleh musim kekeringan sehingga menekan produksi beras dan cabe.
“Kedua komoditas utama yang paling berperan adalah cabe dan padi, diikuti dengan emas, dan gula pasir,” jawabnya.
Ketika disinggung mengenai dampak pelemahan rupiah terhadap laju inflasi Sulut, Peter mengungkapkan pengaruhnya tidak signifikan. Menurutnya, beberapa barang misalnya elektronik akan terkena imbas pelemahan rupiah sehingga harganya bakal melambung.
“Tapi, barang elektronik tidak seelastis kebutuhan pokok. Sumbangannya tidak akan besar karena permintaannya justru menurun,” ucapnya.