Kabar24.com, SINGAPURA – Pemerintah Singapura melaporkan pertumbuhan ekonomi kuartal II/2015 negara itu mengalami kontraksi, terdampak lesunya permintaan global yang dibarengi oleh restriksi pemerintah untuk membatasi perekrutan tenaga kerja asing.
Kedua faktor tersebut dinilai menjadi alasan utama yang melemahkan sektor manufaktur Negeri Merlion. Kementerian Perdagangan dan Industri (Ministry of Trade and Industry/MTI) melaporkan pertumbuhan terkontraksi 4,6% pada kuartal II dari kuartal sebelumnya.
Padahal, sejumlah survei sebelumnya memprediksi Singapura akan tumbuh di atas 4% pada kuartal kedua. Survei yang dilakukan Reuters misalnya, memproyeksi salah satu negara investor terbesar di Indonesia tersebut akan tumbuh 4,2% pada kuartal II.
“Penyebab kontraksi pertumbuhan itu memang di luar kendali kita. Pemerintah mungkin akan kembali menetapkan kebijakan longgar di sisa tahun ini untuk mengerek ekspansi,” kata ekonom Bank of America-Merrill Lynch merespons laporan PDB yang dipublikasikan Selasa (14/7/2015).
Laporan pertumbuhan memang menunjukkan sektor manufaktur mengalami kontraksi paling dalam yaitu 14% pada kuartal II dari kuartal sebelumnya. Industri yang outputnya dilaporkan paling terpuruk yaitu biomedikal dan transportasi.
Selain itu, MTI pun merincikan perlambatan ekonomi China menjadi faktor besar yang melemahkan perekonomian Singapura. Pasalnya, China merupakan pasar utama bagi Singapura. Adapun, sektor jasa dilaorkan mengalami kontraksi 2,6%.
“Restriksi untuk merekrut pekerja asing amat mengekang perusahaan untuk tumbuh,” kata ekonom DBS Bank Singapura, Irvin Seah.