Bisnis.com, JAKARTA— Tak terbantahkan lagi kemacetan di Kota Jakarta adalah persoalan yang hingga kini tak terbantahkan.
Setiap hendak melangkah ke luar rumah atau kantor, warga Jakarta berpikir: “Bagaimana menghindari kemacetan dan tiba tepat waktu di tujuan.”
Angkutan sepeda motor alias ojek menjadi salah satu solusi membelah kemacetan Kota Jakarta. Angkutan ini mudah ditemukan, dan bisa masuk ke jalan-jalan kecil yang tak ditembus angkutan umum mobil, misalnya Transjakarta.
Tapi, Transjakarta tak bisa diandalkan, maka ojek jadi pilihan. Kini, ada layanan ojek online, Go-Jek dan Grab-Bike. Kemarin, Kamis (2/7/2015), penulis mencoba menumpang Go-Jek dari KH Mas Mansyur menuju KH Wahid Hasyim di kawasan Sabang.
Pemesanan pun dimulai lewat aplikasi di telepon selular, sekitar 20 menit menunggu, muncuk sosok pengojek berjaket dan berhelm hijau. Namanya Adhi Riyanto.
Saat menawarkan helm, saya menanyakan masker dan penutup kepala. Lalu, Adhi pun menyodorkan satu set masker dan penutup kepala yang baru. Kemudian, motor pun melaju membelah kemacetan kota.
“Mbak, lewat rute yang tak macet saja ya, tidak lewat Tanah Abang, macet jam segini,” ujarnya.
Perjalanan berlangsung sekitar pukul 10.00 WIB. Sepanjang perjalanan, Adhi pun menceritakan, bahwa dia telah bergabung dengan Go-Jek lebih dari sebulan.
“Lebih banyak hasil gabung ke Go-Jek daripada ngojek di pangkalan. Sehari saya bisa dapat Rp200 ribu. Itu sudah bersih, dipotong bensin,” katanya.