Bisnis.com, PADANG—Sejumlah peneliti asal Amerika Serikat, Indonesia dan Singapura akan meneliti perkembangan pergerakan lempeng benua di sekitar Siberut, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat.
Konsulat Amerika Serikat untuk Sumatra Robert Y Ewing mengatakan para peneliti tersebut akan mengapung selama 22 hari di perairan Mentawai menggunakan kapal R/V Falkor untuk riset pergerakan gempa.
“Mereka [peneliti Amerika dan Indonesia] akan berada di perairan Sumbar selama 22 hari. Mereka akan melakukan pemetaan bawah laut menggunakan teori seismik,” katanya, di Padang, Senin (22/6/2015).
Kapal R/V Falkor yang membawa peneliti dari Earth Observatory (EOS) of Singapore dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), serta peneliti Amerika itu merupakan milik lembaga Schmidt Ocean Institute (SOI). Mereka mulai melakukan riset pada Selasa, 23 Juni 2015.
Nugroho D Hananto, salah satu peneliti dari rombongan itu mengatakan penelitian itu bertujuan melihat potensi gempa besar yang berpotensi menyebabkan tsunami di perairan Mentawai.
“Riset ini untuk melihat sisi perairan Sumatra, terutama Mentawai. Untuk melihat perkembangan dan pergeseran zona subduksi. Hasilnya akan diserahkan ke pemerintah Indonesia untuk menentukan mitigasi yang mesti dilakukan,” ujarnya.
Meski dianggap memiliki potensi gempa yang besar, para peneliti menilai masyarakat di pinggi partai tidak perlu cemas dan tidak perlu melakukan migrasi, karena tidak seorang peneliti pun bisa memastikan kapan dan dimana persisnya titik gempa dan tsunami terjadi.