Kabar24.com, JAKARTA - Belum adanya titik temu antara pemahaman ahli hisab dan ahli rukyat dalam penentuan masuknya bulan suci Ramadan dan Syawal, menyiratkan kemungkinan besar adanya perbedaan awal Ramadan dan Lebaran Idulfitri tahun 2015.
"Menteri Agama telah saya terima di Muhammadiyah dan sudah bertemu juga dengan ulama Nahdatul Ulama. Masih ada perbedaan pemahaman antara ahli hisab dan ahli rukyat. Masih tidak ketemu, makanya ini masuk wilayah tasamuf atau toleransi yang tidak perlu dibesar-besarkan," kata Ketua umum MUI Din Syamsuddin usai pengukuhan pengurus MUI Riau di Pekanbaru, tadi malam (18/5).
BACA: Pengurus Pusat Muhammadiyah Tetapkan Awal Ramadan 18 Juni 2015
Menurut Din, perbedaan faham tentang awal masuk Ramadhan dan Syawal merupakan sesuatu yang masuk dalam wilayah toleransi sehingga tidak perlu dibesar-besarkan dan diperdebatkan.
Dua perbedaan itu adalah yang satu rukyat menentukannya harus melihat dengan mata kepala dulu atau istilahnya meyakini sesuatu dengan melihat. Sedangkan hisab dengan perhitungan akal pikiran yang meyakini dengan mengetahui walaupun tidak melihat.
Menentukan awal Syawal ini bukanlah perkara main-main karena harus ada dalilnya. Oleh karena itu, ini adalah masalah ibadah yang dilakukan sesuai dengan keinginan masing-masing.
"Kalau dalam Al-Quran dikatakan bahwa apabila kamu yakin bulan datang, maka berpuasalah. Yang penting berpuasalah dan ber-Idul Fitrilah. Ini masalah ibadah, tidak seperti 12 Rabiul Awal atau 27 Rajab yang tidak perlu pakai rukyat dan sidang isbat," ujarnya.
Sebelumnya Pengurus Pusat Muhammadiyah telah menetapkan awal Ramadan jatuh pada 18 Juni 2015 dan Hari Raya Idulfitri 17 Juli 2015.