Bisnis.com, PALEMBANG – Peternakan sapi di Sumatra Selatan dinilai masih tersandung berbagai masalah sehingga memengaruhi produksi serta tingkat kesejahteraan para peternak di provinsi itu.
Pengusaha ternak di Sumsel, Ade Gita Pramadianta, mengatakan masalah utama peternakan di Sumsel menyangkut metode budidaya yang masih tradisional.
“Selain itu masih dominannya peran blantik (pengepul sapi) terhadap pembentukan harga yang membuat rendahnya posisi tawar para peternak,” katanya, Kamis (7/5/2015).
Dia menambahkan masalah lainnya terkait maraknya pemotongan sapi betina produktif oleh para peternak.
Menurut Ade, timbulnya masalah—masalah tersebut disebabkan karena tidak sejahteranya para peternak kecil.
“Mereka seringkali terpaksa menjual sapi mereka,termasuk betina produktif, dengan harga murah karena terhimpit kebutuhan hidup,” ujarnya.
Dia melanjutkan, rendahnya harga jual di tingkat peternak tersebut, membuat peternak malas untuk menerapkan perlakuan lebih terhadap ternaknya selain juga karena kurangnya pengetahuan.
Saat ini angka konsumsi rata-rata masyarakat Sumsel terhadap daging sapi sebesar 2,6 kg per kapita per tahun atau 20.431 ton per tahun.
Angka tersebut diprediksi meningkat sebanyak 6,71% sehingga konsumsi daging sapi masyarakat Sumsel bisa mencapai 21.801 ton pada tahun ini.