Kabar24.com, JAKARTA-- Tayangan Mata Najwa yang disiarkan Metro TV membahas kebijakan tarif maskapai bertiket murah, Rabu (14/1/2015) malam.
Seorang mantan pilot blak-blakan mengungkapkan kerasnya iklim kerja di low cost carier (LCC) alias maskapai bertarif murah.
Salah seorang mantan pilot yang dirahasiakan jati dirinya mengungkapkan beratnya bekarja di maskapai bertarif murah. Dia mengaku tak mendapat fasilitas standar lazimnya yang diterima seorang kru pesawat terbang.
“Saya berangkat dari rumah ongkos sendiri, pulang juga sendiri. Tidak ada fasilitas untuk menjamin keselamatan kami. Bahkan ada kru kami yang kecelakaan saat pulang karena lelah setelah penerbangan,” tutur mantan pilot itu.
Lebih lanjut, dia menuturkan pilot maskapai bertarif murah tidak mendapat pelayanan standar sebelum penerbangan dilakukan.
“Kami harus menyiapkan beberapa menit untuk mengurus segala sesuatu sebelum pesawat tinggal landas. Padahal, seharusnya itu disiapkan oleh otoritas bandara,” jelasnya dalam pembahasan penerbangan bertiketmurah itu.
Salah satu perwakilan dari tim otoritas Air Trafic Controller (ATC) Indonesia, Amin, mengungkapkan ATC merasa dikambinghitamkan atas kecelakaan yang menimpa penerbangan bertiket murah Airasia QZ8501, Desember 2014 lalu. Amin mengungkapkan bahwa Menhub harus jeli menangkap siapa yang bersalah.
Menanggapi pernyataan itu, Menteri Pergubungan Ignatius Jonan mengaku sudah meminta KNKT untuk menyelidiki kasus yang melibatkan penerbangan bertiket murah tersebut. Nantinya, seluruh pihak yang memberikan izin penerbangan kepada Airasia QZ8501 harus bertanggung jawab.
“Pemberian izin terbang itu ada empat pihak, yaitu otoritas bandara, navigasi udara, maskapai, manajemen bandara. Izin terbang bodong pasti hasil kerja sama mereka,” jelas Jonan. (Kabar24.com/Solopos.com)
BACA JUGA:
SANTRI JADI DOKTER: 4 Dokter Siap Mengabdi di Muba