Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sumsel Optimistis Ekspor Naik 5% Tahun Ini

Pemprov Sumatra Selatan masih optimistis nilai ekspor bisa meningkat sekitar 3% -- 5% pada tahun ini meski trennya terus mengalami penurunan sejak 2011.

Kabar24.com, PALEMBANG – Pemprov Sumatra Selatan masih optimistis nilai ekspor bisa meningkat sekitar 3% -- 5% pada tahun ini meski trennya terus mengalami penurunan sejak 2011.

Data Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sumsel menunjukkan penurunan nilai ekspor Sumsel sejak 2011 berkisar 10% hingga 17% .

Kepala Disperindag Sumsel Permana mengatakan salah satu strategi yang akan diterapkan pemerintah adalah memperluas pasar non tradisional, terutama untuk komoditas andalan.

“Seperti komoditas karet, Sumsel sudah punya banyak pesaing produsen baru dari luar negeri makanya perlu memperluas pasar ke negara lain,” katanya, Rabu (7/1).

Dia mengemukakan saat ini produsen baru, seperti Vietnam, Kamboja dan Myanmar telah merambah pasar tradisional ekspor karet Sumsel.

Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel, karet memang menempati peringkat pertama ekspor nonmigas dengan nilai ekspor mencapai US$1,72 miliar per November 2014.

Nilai tersebut menurun drastis sebanyak 24,89% dibanding periode yang sama tahun lalu senilai US$2,4 miliar.

Adapun nilai ekspor Sumsel secara keseluruhan mencapai US$2,85 miliar  di mana merosot sebesar 19,72% dari sebelumnya US$3,55 miliar (yoy).

Permana menambahkan saat ini provinsi itu sudah mengekspor 133 komoditas dengan produk andalan, seperti karet, batubara, minyak sawit mentah dan kayu/produk kayu.

Meski mengakui tren ekspor yang menurun sejak empat tahun terakhir namun menurut Permana neraca perdagangan Sumsel masih tergolong surplus.

“Neraca perdagangan Sumsel masih surplus karena impor terkendali atau lebih kecil dari ekspor, sehingga penurunan ekspor tidak membuat Sumsel defisit,” paparnya.

Dia melanjutkan upaya lain yang dilakukan Disperindag untuk mendongkrak ekspor Sumsel adalah membenahi kualitas dari komoditas andalan.

Dia mencontohkan, kualitas bahan olah karet (bokar) bersih yang masih rendah sehingga produk tersebut bisa kesulitan bersaing dengan produk dari negara lain.

“Gubernur sendiri telah menerbitkan SK untuk penerapan bokar bersih supaya bisa bersaing di pasar ekspor, sekarang perlu ditinjau lagi realisasinya di lapangan,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dinda Wulandari
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper