Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dari Tenggelamnya Kapal Oryong 501

Mendengar kabar tenggelamnnya kapal pukat Oryong 501 di Laut Bering, Rusia, membuat saya teringat akan insiden terbaliknya Kapal feri Sewol.n

Bisnis.com, JAKARTA - Mendengar kabar tenggelamnnya kapal pukat Oryong 501 di Laut Bering, Rusia, membuat saya teringat akan insiden terbaliknya Kapal feri Sewol.

Meskipun dua kapal tersebut berbeda jenis, penumpang, lokasi tenggelam, dan dugaan penyebab karamnya, namun mereka masih memiliki 'hubungan darah' karena sama-sama berasal dari Korea Selatan.

Tenggelamnya Kapal Oryong pada Senin (1/12/2014) tentunya lebih cepat sampai ke telinga warga Indonesia. Sebanyak 35 anak buah kapal (ABK) dari 60 kru yang dibawa oleh kapal yang dioperasikan oleh Sajo Industries tersebut merupakan WNI.

Ini sekaligus menjadi musibah bagi negara kita, karena penyumbang devisa negara ini menjadi korban. Ironisnya hingga kini masih ada 21 WNI yang belum ditemukan, 11 dinyatakan meninggal, dan 3 berhasil selamat.

Para TKI yang legal tersebut kabarnya digaji USD500 per bulannya. Bukan hal yang mudah memang menjadi ABK, mereka harus melaut berbulan-bulan, menangkap ikan yang menjadi target pasar perusahaan kapal ikan tersebut.

Pada pengarungan laut kali ini, Kapal Oryong tengah mencari ikan pullock yang digemari saat musim dingin, yang kini sedang berlangsung di beberapa belahan dunia.

Bukan soal rindu saja pada keluarga yang harus ditahan, risiko tenggelamnya kapal pasti menjadi momok lain saat para ABK bertugas.

Kapal Oryong 501 diduga tenggelam karena terhantam gelombang setinggi 13 meter. Cuaca yang buruk saat itu, dijadikan kambing hitam kapal nahas tersebut.

Namun, bukan hanya soal faktor di luar kendali manusia tersebut, Ada dua isu lainnya yang berhembus. Pertama, nahkoda terlambat mengabarkan peringatan bagi ABK untuk melakukan evakuasi sehingga mereka tak sempat menyelamatkan diri. Kedua, kondisi kapal dinilai sudah tidak layak berlayar.

Belum ada kepastian soal itu. Yang jelas, pencarian para korban masih terus berlangsung. Para keluarga ABK Kapal Oryong tetap menunggu, berharap ABK yang selamat ialah anak, suami, atau saudarnya.

Sementara itu, Kapal Sewol terbalik  pada 16 April lalu, mengangkut 476 penumpang yang sebagian besarnya merupakan siswa sekolah menengah Ansan. Mereka akan berwisata ke Pulau Jeju. Dari kejadian itu hanya 172 orang yang berhasil diselamatkan

Kapal yang diketahui tidak memiliki terumbu karang atau bebatuan tersebut, mengirim sinyal marabahaya  sekitar 2,7 km dari Byungpyong. Kejadian ini menjadi bencana nasional besar di Korea Selatan.

Tak tanggung-tanggung, Pengadilan Negeri Korsel menjatuhkan hukuman 36 tahun kepada Nahkoda Lee Joen Soek. Pria berusia 69 tahun itu didakwa lalai dalam menjalankan tugasnya.

Kemudian, teknisi utama kapal juga dinyatakan bersalah atas sangkaan pembunuhan terhada dua awak yang terluka karena tidak menolongnya. Ia divonis penjara 30 tahun.

Melihat besarnya hukuman itu, mungkin adalah salah satu penyebab mengapa Wakil Kepala SMA Danwon Kang Min-gyu ditemukan gantung diri. Ia diketahui sebagai penanggung jawab studi lapangan para siswanya ke Pulau Jeju.

Bukan hanya penegakan hukum dilakukan oleh pemerintah. Para artis besar Korsel, bahkan rela menunda jadwal manggungnya sebagai ungkapan rasa duka terhadap kejadian tersebut. Kecelakaan itu juga menjadi 'ajang' para artis papan atas negeri itu memberikan donasi.

Ternyata rasa duka itu masih menyelimuti warga Korsel. Selang 5 bulan dari kejadian tersebut, tepatnya Agustus 2014, warga Korsel, di Seoul khususnya, masih mengenang kejadian yang menyakitkan tersebut.

Mereka meminta keadilan bagi para korban dengan menggelar unjuk rasa. Namun, unjuk rasa yang dilakukan sangat istimewa. Bahkan, saya yang waktu itu berkesempatan mengunjungi negeri itu, tak menyangka bahwa itu adalah aksi solidaritas. Itu lebih mirip perkumpulan muda-mudi yang berkumpul bersama, merayakan lelah sepulang beraktivitas.

Kerumunan tersebut duduk berbaris, mengenakan kaos kuning sambil memegang lilin. Di barisan depan tampak seorang penyanyi didampingi gitaris, bersenandung bersama sambil diselingi percakapan.

Saya kurang memahami apa yang mereka bicarakan. Namun, situasi tersebut menjadi pemandangan menarik di malam kota Seoul, tepatnya di depan patung Jenderal Lee Son-shin. Di ujung jalan terpampang sebuah papan bertuliskan 'The joy of Gospel is possible, only with the truth of Sewol'.

Kami, yang bukan warga Korea, juga diajak turut serta. Saya dan beberapa pengunjung lainnya, diminta ikut berpartisipasi dengan menandatangani semacam petisi. Mereka ingin aksi tuntutan hukum dapat berjalan sesuai dengan peraturan, berdasarkan fakta-fakta yang didapat mengenai kecelakaan tersebut.

Karena keterbatasan bahasa pun, membuat saya tak persis tahu apa saja yang mereka inginkan. Akan tetapi dapat hadir di peringatan tersebut memberikan pemahaman bagi saya, bahwa duka saudara sebangsa adalah duka bersama.

Lalu sejauh mana duka tewasnya ABK WNI Kapal Oryong 501 menjadi bencana nasional di Indonesia? Semoga pemerintah tak cepat lupa, terus perjuangkan hak-hak pahlawan devisa itu.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper