Bisnis.com, PADANG—Inflasi Kota Padang mengalami kenaikan yang cukup tinggi akibat kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi yang berdampak melonjaknya harga kebutuhan pokok.
Per November 2014 inflasi Padang mencapai 3,44% atau tertinggi secara nasional. Sumbangan inflasi Padang itu, dan inflasi Bukittinggi menyebabkan inflasi Sumatra Barat mencapai 3,27%.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumbar Yomin Tofri mengatakan dampak kenaikan harga BBM bersubsidi di awal bulan menyebabkan harga kebutuhan pokok melambung tinggi, sehingga ikut mengerek laju inflasi.
“Sebagian besar harga komoditas pokok dan tarif angkutan mengalami kenaikan. Yang paling besar adalah dari kelompok makanan,” katanya di Padang, Senin (1/12/2014).
Dia menyebutkan inflasi Sumbar, disumbang inflasi Kota Padang sebesar 3,44% yang merupakan inflasi kota tertinggi secara nasional dan inflasi Bukittinggi 2,03%.
Inflasi tersebut jauh di atas perkiraan Bank Indonesia yang memproyeksikan inflasi Sumbar sebesar 2,25% per November tahun ini.
Yomin menyebutkan inflasi Sumbar disebabkan kenaikan lima kelompo pengeluaran di antaranya yang paling besar adalah kelompok bahan makanan sebesar 9,02%, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,08%.
Selain itu, kenaikan juga terjadi di kelompok kesehatan 3,10%, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,40%, dan kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan 4,36%. Sedangkan kelompok sandang dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga mengalami deflasi masing-masing 1,89% dan 0,08%.
“Yang paling tinggi adalah kenaikan cabai merah, baik di Padang maupun di Bukittinggi. Bahkan hampir seluruh daerah di Indonesia mengalami kenaikan harga cabai,” ujarnya.
Selain cabai merah, di Kota Padang terjadi kenaikan harga bensin, beras, angkutan dalam kota, tarif rumah sakit, bawang merah, pisang, angkutan antar kota, ikan teri kering, dan tarif listrik. Sedangkan di Bukittinggi kenaikan terjadi untuk harga bensin, sewa rumah, angkutan dalam kota, daging ayam ras, jeruk, mesin cuci, dan beras.
Laju inflasi kalender Sumbar sampai November tahun ini mencapai 8,79% dengan inflasi year on year (y-o-y) sebesar 9,20%. Sementara Indeks Harga Konsumen (IHK) mencapai 121,94 naik dari bulan sebelumnya yang hanya 118,08.
Sebelumnya, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII Padang memprediksi inflasi November sebesar 2,25% akibat kebijakan penaikan harga BBM bersubsidi, dengan perkiraan inflasi tahunan 9,1%.
Erwin Syafii, Kepala Divisi Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Perwakilan Padang mengatakan dampak paling besar akibat kenaikan BBM dirasakan pada bulan November karena harga-harga kebutuhan pokok dan ongkos transportasi ikut melonjak.
“Tiga bulan setelahnya masih berdampak, tetapi tidak besar, hanya dampak turunan saja,” katanya.