Bisnis.com,SEMARANG—Kenaikan tarif listrik di Jawa Tengah sejak Mei lalu memicu terjadinya inflasi hingga 0,52% dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 114,43 atau lebih tinggi dibandingkan inflasi bulan September yaitu 0,22 persen dengan IHK 113,84.
Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng Jam Jam Zamachsyari mengatakan kenaikan tarif listrik yang terjadi secara reguler mengakibatkan inflasi di wilayah ini.
“Kenaikan tarif listrik mempengaruhi kenaikan komoditas lain. Hal ini juga pemicu terjadinya inflasi di Jawa Tengah,” ujar Jam Jam, Senin (3/11/2014).
Kenaikan tarif listrik dilakukan setelah pemerintah menerbitkan Permen ESDM No. 9/2014 tentang Tarif Tenaga Listrik yang Disediakan Oleh PLN. Kenaikan tarif pelanggan industri skala besar yang memakai listrik bertegangan menengah dengan daya di atas 200 kVA atau I-3 khusus
perusahaan berstatus terbuka ditetapkan 8,6% per dua bulan sekali. Adapun, kenaikan tarif listrik untuk pelanggan industri yang memakai jaringan bertegangan tinggi dengan daya di atas 30.000 kVA atau golongan I4 ditetapkan 13,3% per dua bulan sekali.
Pemerintah memberlakukan kenaikan tarif dengan besaran 8,6% untuk I-3 dan 13,3% untuk I-4 tersebut sebanyak empat kali dalam 2014. Dengan demikian, secara total pada 2014, tarif I-3 tbk akan naik 38,9% dan I-4 naik 64,7%.
Dari kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada Oktober mengalami inflasi 0,92% dengan IHK sebesar 113,76 lebih tinggi dibandingkan inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 0,53% dengan IHK 112,71.
Menurut Jam Jam, inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok bahar bakar, penerangan dan air sebesar 2,96% diikuti sub kelompok perlengkapan rumah tangga sebesar 0,48%, sub penyelenggaraan rumah tangga 0,28% dan terendah pada sub kelompok biaya tempat tinggal sebesar 0,24%.
“Secara keseluruhan kelompok ini memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,2345%,” ujarnya.
Selain tarif listrik, kenaikan harga cabai merah memicu terjadinya inflasi di Jawa Tengah. Dia mengakui kenaikan harga cabai merah tersebut dipicu karena musim kemarau panjang di Jawa Tengah dan secara nasional.
”Pasokan air yang kurang menyebabkan tanaman cabai mati. Akibatnya produksi berkurang dan harganya naik,” paparnya.
Jam jam mengatakan karena kenaikan harga tersebut, komoditas cabai merah sendiri menyumbang inflasi sebesar 1,6% dari keseluruhan angka inflasi Jateng pada bulan lalu.
Untuk komoditas lain yang memberikan sumbangan besar terhadap terjadinya inflasi antara lain biaya akademi atau perguruan tinggi, bahan bakar rumah tangga, dan kenaikan harga beras.