Bisnis.com, PADANG—Laju inflasi Sumatra Barat terancam mencapai dua digit tahun ini, menyusul rencana pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi, dan potensi naiknya harga sejumlah komoditas pokok di daerah itu.
Kepala Divisi Ekonomi dan Moneter Kanwil Bank Indonesia wilayah VIII Padang Erwin Syafi’i memperkirakan inflasi Sumbar tahun ini mencapai dua digit yang disebabkan naiknya harga cabai merah di daerah itu.
“Yang mengkhawatirkan lagi, bulan November dan Desember itu penyaluran raskin sudah selesai. Kalau tidak diseriusi bisa menyebabkan harga beras di pasaran meningkat, karena raskin sudah habis,” ujarnya, Senin (3/11/2014).
Dia menuturkan dalam siklusnya ketika penyaluran raskin selesai, permintaan beras di pasaran ikut melonjak. Jika pemerintah gagal memastikan pasokan tetap terjaga, maka dipastikan harga langsung naik.
Menurutnya, beras adalah komoditas yang paling berpengaruh terhadap inflasi di Sumbar. Karena kontribusinya mencapai 6% terhadap laju inflasi daerah itu.
Apalagi, sepanjang akhir tahun ini, cuaca di Sumbar tidak dalam kondisi bagus yang berpotensi menyebabkan gagal panen dan mengganggu suplai komoditas pokok. Bahkan dampaknya mulai terasa sejak pertengahan Oktober, harga cabai merah terus melonjak.
Selain kenaikan harga cabai merah dan potensi naiknya harga beras, Erwin menyebutkan rencana kenaikan harga BBM bersubsidi sebelum 1 Januari 2015 ikut berpengaruh terhadap inflasi Sumbar.
“Kalau BBM bersubsidi naik sudah pasti ongkos transportasi naik, termasuk harga-harga kebutuhan pokok,” katanya.
Agar dampak kenaikan itu tidak terlalu besar, Erwin meminta pemerintah daerah meningkatkan koordinasi untuk menjamin ketersediaan kebutuhan pokok di pasaran, dan memastikan rantai distribusi terjaga.
Sebelumnya BPS merilis inflasi Sumbar per Oktober 2014 sebesar 1,10% yang berasal dari inflasi Kota Padang 1,18% dan Bukittinggi 0,49%.
Meningkatknya inflasi Sumbar itu disebabkan naiknya sejumlah komoditas, terutama cabai merah yang harganya di pasaran sudah naik sejak dua pekan lalu.