Bisnis.com, BALIKPAPAN - Pelaku industri perhotelan di Balikpapan lebih mengkhawatirkan ketidakstabilan pasokan listrik daripada kenaikan tarif listrik tahap kedua pada kebijakan penaikan tarif listrik oleh pemerintah sejak Mei 2014.
Executive Assistant Manager Hotel Sagita Balikpapan Priehandhono Setiabudhi mengatakan pihaknya justru lebih banyak menghabiskan dana untuk pembelian solar sebagai bahan bakar genset yang digunakan hotel pada saat listrik padam.
“Kenaikan listrik buat kami tidak masalah, tapi dana habis untuk solar. Kami kan belinya solar industri, Rp13.000 per liternya. 3 jam genset menyala butuh Rp1,5 juta untuk solar, dan listrik padam tidak cuma sekali,” tuturnya kepada Bisnis.com, Balikpapan, Selasa (7/10/2014).
Pada Agustus, hotel berpredikat bintang tiga ini harus mengeluarkan dana Rp70 juta untuk pembelian solar. Tak hanya pada Agustus, Priehandhono mengatakan ketidakstabilan listrik telah terjadi selama tujuh bulan berturut-turut.
“Iya kalau padamnya hanya sekali. Pada Agustus listrik padam sembilan kali selama enam jam. Tahu berapa kami bayar solar? Rp70 juta, dikali tujuh, bisa beli satu unit mobil,” jelas Priehandhono.
Dia pun mengeluhkan ketidakstabilan pasokan listrik yang merugikan pihak hotel ini. “Jangan sering-sering listrik padam, jadi pengeluaran solar bisa ditekan. Efek dari listrik padam, kami dapat apa? Tidak ada peraturan yang mengatur pemberian kompensasi kepada pelanggan,” tukasnya.