Bisnis.com, PALEMBANG – Kinerja ekspor Sumatra Selatan kembali merosot hampir 15% pada Agustus2014 dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebagai dampak belum membaiknya harga komoditas andalan Sumsel di pasar global.
Berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel tercatat nilai ekspor Sumsel pada Agustus 2014 mencapai US$231,23 juta atau turun 14,99% dibandingkan Agustus 2013 yang senilai US$272 juta.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel Bachdi Ruswana mengatakan penurunan ekspor tersebut sangat dipengaruhi oleh sektor komoditas nonmigas, terutama karet yang sedang menurun.
"Ekspor Sumsel turun karena ekspor kelompok nonmigas sedang turun terutama komoditas karet yang di pasar global memang sedang tidak bagus,” katanya Rabu (1/10).
Dia mengatakan ekspor nonmigas turun dari US$202,67 juta pada Juli 2014 menjadi US$174,54 juta atau sebanyak 13,88% pada Agustus 2014.
“Penurunan ekspor nonmigas itu juga terjadi pada komoditas andalan Sumsel yang lain, seperti batu bara dan CPO,” katanya.
BPS melansir nilai ekspor karet pada Agustus 2014 senilai US$130,13 juta menurun jika dibandingkan bulan sebelumnya yang nyaris menyentuh US$150 juta.
Menurut Bachdi hampir semua komoditas nonmigas andalan Sumsel menunjukkan penurunan nilai hanya kopi dan teh yang tercatat merangkak naik.
Sementara untuk ekspor migas malah menunjukkan kenaikan yang signifikan sebanyak 39,75% dari US$40,57 juta menjadi US$56,70 juta.
Bachdi menambahkan, berdasarkan negara tujuan, ekspor Sumsel menunjukkan terjadi penurunan untuk pengiriman ke negara tujuan utama, seperti Jepang, India dan Tiongkok. India dan Tiongkok sendiri merupakan negara tujuan untuk ekspor batubara.
Sebelumnya, pelaku dunia usaha di Sumsel sudah mulai kesulitan menghadapi harga komoditas perkebunan yang terus menurun.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sumsel Sumarjono Saragih mengatakan bahkan harga karet saat ini sudah menyentuh titik terendah sepanjang lima tahun terakhir.
"Bisnis di Sumsel sedang menghadapi masa sulit karena harga komoditas yang babak belur dan kondisi ini sudah berdampak kemana-mana," katanya, Selasa (30/9).
Berdasarkan catatan Apindo Sumsel, penurunan harga kedua komoditas andalan Sumsel itu sudah mencapai 45% dibandingkan tahun lalu.
Dia mengatakan secara eksternal, anjloknya harga komoditas itu juga disebabkan bermunculan negara produsen baru yang menambah persaingan, seperti Myanmar, Vietnam dan Laos yang mulai memproduksi karet dan Afrika yang menghasilkan CPO.
Oleh karena itu Apindo meminta Pemprov Sumsel agar dapat mencari terobosan supaya tidak bergantung pada sektor komoditas lagi atau menghadirkan alternatif untuk mengembangkan sektor itu, cara yang paling tepat adalah hilirisasi.
"Sektor komoditas itu selalu ada masanya, kita memang tidak bisa mengontrol harga karena itu adalah mekanisme pasar tetapi paling tidak ada alternatif, seperti hilirisasi melalui Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api--Api," katanya.
Harga Komoditas Lemah, Ekspor Sumsel Memburuk
Kinerja ekspor Sumatra Selatan kembali merosot hampir 15% pada Agustus2014 dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebagai dampak belum membaiknya harga komoditas andalan Sumsel di pasar global.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Dinda Wulandari
Editor : Rustam Agus
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
1 jam yang lalu
Target Harga dan Prospek PGAS Jelang 2025
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
9 menit yang lalu
Pengamat: Polisi Pungli di DWP Harus Dipecat dan Dipidana!
25 menit yang lalu
Kaleidoskop 2024: Kasus Korupsi Jumbo Diusut KPK, Mayoritas BUMN
27 menit yang lalu
10 Pekerjaan dengan Gaji Tinggi di Tahun 2025
40 menit yang lalu
PDIP Tanggapi Kritik Gerindra Cs soal PPN 12%: Biasa, Dinamika Politik
50 menit yang lalu