Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

SUKU BUNGA THE FED: Tiga Gubernur Minta Pasar Tenang

Pasca peringatan Gubernur Bank Sentral AS Janet Yellen kepada pasar tentang prospek suku bunga kemarin, satu per satu gubernur the Fed lainnya meminta pasar untuk kembali tenang.
The Fed tidak ingin terus terperangkap dalam situasi inflasi rendah. /Bisnis.com
The Fed tidak ingin terus terperangkap dalam situasi inflasi rendah. /Bisnis.com

Bisnis.com, WASHINGTON - Pasca peringatan Gubernur Bank Sentral AS Janet Yellen kepada pasar tentang prospek suku bunga kemarin, satu per satu gubernur the Fed lainnya meminta pasar untuk kembali tenang.

Charles Evans, Gubernur the Fed Chicago, menyatakan sebaiknya pejabat otoritas moneter bersikap sabar karena bergerak terlalu prematur dapat menimbulkan resiko lebih besar dibanding menahan diri terlalu lama.

"Kita harus sabar menghadapi kebijakan moneter AS," katanya di Washington, Kamis (25/9/2014).

Evans adalah orang ketiga yang meminta Yellen untuk tidak membuat perubahan sebelum ekonomi AS dapat bertahan dari penaikan suku bunga.

Sebelumnya, Gubernur the Fed New York William C. Dudley dan Narayana Kocherlakota, Gubernur the Fed Minneapolis, berpendapat senada.

Dudley, pernah mengatakan rendahnya inflasi saat ini serupa dengan apa yang dialami AS ketika berada dalam masa pemulihan Depresi Besar pada 1937.

Sementara di posisi berlawanan, sejumlah gubernur lain meminta Yellen untuk segera bertindak menaikkan tingkat suku bunga, antara lain James Bullard, Gubernur Bank Sentral St. Louis, dan Richard Fisher dari Dallas.

Ekonom menilai perdebata antara gubernur the Fed ini menunjukkan bagaimana peliknya situasi yang dihadapi Yellen. Sementara petinggi the Fed sendiri tidak ingin membuat satu kesalahan pun yang melukai perekonomian.

"The Fed tidak ingin terus terperangkap dalam situasi inflasi rendah. Mereka sangat ingin menghindari situasi yang membuat mereka harus menjilat ludahnya sendiri," kata Michael Hanson, Ekonom Senior Bank of America Merrill Lynch di New York, "Ongkos kredibilitas yang dibayar terlalu besar."

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Arys Aditya
Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper