Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Petani Kakao Masih Enggan Lakukan Fermentasi

Kalangan petani kakao di Sulawesi Selatan masih enggan melakukan proses fermentasi seiring dengan selisih harga dengan kakao asalan yang cenderung kecil.

Bisnis.com, MAKASSAR--Kalangan petani kakao di Sulawesi Selatan masih enggan melakukan proses fermentasi seiring dengan selisih harga dengan kakao asalan yang cenderung kecil.

Sulaiman A. Loeloe, Ketua Asosiasi Petani Kakao Indonesia (Apkai) Sulawesi Selatan, mengemukakan rendahnya selisih harga antara kakao fermentasi dan kakao asalan yang berada pada angka Rp2.000 per kilogram kurang menggairahkan petani dalam melakukan proses fermentasi.

"Apalagi, jika kami melakukan fermentasi butuh waktu sekitar 1 minggu sebelum dipasarkan, itu yang membuat petani kurang berminat melakukan fermentasi karena mengeluarkan banyak tenaga sedangkan untungnya tidak terlalu besar bahkan kadang-kadang berpotensi berkurang,"  katannya, Selasa (16/9/2014).

Sulaiman mencontohkan, jika petani menjual kakao asalan sebanyak 100 kilogram maka akan mendapatkan sekitar Rp3,5 juta dengan estimasi harga sekitar Rp35.000 per kilogram.

Sedangkan jika melalui proses fermentasi, lanjutnya, volume kakao yang layak bakal berkurang hingga 30%, bahkan berpotensi mengakibatkan keuntungan petani cenderung lebih rendah dibandingkan dengan menjual kakao asalan.

Kendati demikian, Apkai Sulsel bakal mendorong anggota asosiasi untuk mengintensifkan kegiatan fermentasi jika pemerintah menaikkan standar harga kakao fermentasi untuk menggairahkan produksi.

"Kalkulasi kami, harga ideal untuk biji kakao fermentasi selisihnya minimal Rp5.000 per kilogram dibandingkan dengan harga biji kakao asalan," ucap Sulaiman.

Di sisi lain, patokan harga tersebut akan lebih menggenjot peningkatan produksi kakao di daerah ini sesuai dengan target Pemprov Sulsel yang mematok volume produksi hingga 320.000 ton pada 2018.

Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo sebelumnya mengatakan produksi kakao yang dihasilkan hingga kini cenderung terus stagnan dengan kecenderungan terus menurun pada angka 150.000 ton setiap tahun.

Menurutnya, dari total produksi nasional yang rerata mencapai 450.000 ton per tahun, 70% di antaranya merupakan kontribusi dari Sulawesi dan dari total kontribusi Sulawesi, sekitar 62% adalah kakao dari Sulsel.

"Saat ini kami juga menempatkan kakao sebagai komoditas unggulan, dengan menanam 5 juta pohon dalam setahun untuk disebar kepada para petani. Hal ini menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan produksi kakao Sulsel," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Amri Nur Rahmat
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper