Bisnis.com, TOKYO – Ekspor Jepang diprediksi kembali menurun pada Agsutus, terdampak masih lemahnya permintaan negara-negara berkembang Asia.
Prediksi ini memperkuat spekulasi negara tersebut akan tumbuh tipis pada kuartal III, setelah terkontraksi 7,1% pada kuartal sebelumnya.
Prediksi tersebut tercantum pada hasil survei Reuters pada sejumlah ekonom.
Secara rinci, ekspor diestimasi jatuh 2,6% pada Agustus (year-on-year), setelah naik 3,9% pada bulan sebelumnya. Padahal, ekspor Jepang sempat naik pada Mei dan Juni.
Adapun impor diprediksi turun 1,2%, penurunan pertama sejak 3 bulan lalu. jika tidak meleset dari prediksi, defisit perdagangan Jepang akan melebar menjadi 1,0289 triliun yen.
Jepang dijadwalkan merilis data ekspor-impornya pada Kamis pekan depan.
“Laju pemulihan ekonomi di negara-negara berkembang Asia berlangsung lambat, sehingga menekan laju ekspor,” ungkap salah seorang ekonom Japan Research Institute pada Reuters.
Dalam studinya, Norinchukin Research Institute menyampaikan bebera komoditas yang diimpor dalam jumlah besar yaitu bahan bakar, minyak mentah, dan gas.
Dengan tergelincirnya ekspor dan impor, Jepang dinilai masih harus berupaya menyingkirkan dampak negatif kenaikan pajak penjualan yang ditetapkan awal April lalu.
Dalam laporan survei tersebut, juga disebutkan salah satu faktor lemahnya ekspor Jepang adalah perlemahan yen.
Faktor ini memberi dampak signifikan, mengingat sejumlah korporasi Jepang melakukan produksi mereka di luar negeri.
Meski perlemahan yen membantu Jepang meningkatkan daya saing produknya, hal tersebut juga dapat meningkatkan biaya impor.
Awal pekan ini, menteri keuangan dan menteri ekonomi Jepang menyampaikan kewaspadaannya pada fluktuasi yen.