Bisnis.com, NEW YORK— Pengumuman minutes konsensus pasar (Federal Open Market Committee/FOMC) pada Juni lalu merupakan kunci penting untuk mengetahui detail langkah Amerika Serikat untuk keluar dari program krisisnya.
Tidak hanya itu, notulensi yang rencananya dirilis Rabu (9/7) juga menjadi penunjuk penting terkait seberapa dekat bank sentral itu dengan kenaikan suku bunga acuan.
“Indikasi terakit kenaikan suku bunga acuan untuk pertama kalinya sejak 2009 adalah pertanyaan penting yang bisa dijawab oleh minutes,” kata Guy Berger, ekonom RBS Securities Inc. di Stamford, Connecticut, Rabu (9/7/2014).
Berger memperkirakan minutes dapat menunjukkan naiknya sentimen otoritas the Fed mengenai kenaikan suku bunga lebih cepat daripada estimasi sebelumnya.
Perdebatan kenaikan suku bunga acuan terus mengemuka setelah AS berhasil berdiri dari keterpurukan ekonominya pada kuartal I/2014 yang sempat terpelanting 2,9%. Tren positif tersu dicetak mulai dari pasar tenaga kerja hingga aktivitas manufaktur.
Pada Maret lalu, angka pengangguran terdesak menjadi 6,7% dan FOMC menegaskan bakal memberlakukan suku bunga yang rendah hingga tingkat pengangguran merosot 6,5% dan prospek inflasi tidak melebihi 2,5%.
Nyatanya, catatan penggajian terdongkrak 288.000 dan angka pengangguran terdesak menjadi 6,1%, level yang tidak diperkirakan oleh the Fed hingga akhir tahun ini.
“Otoritas moneter, termasuk Gubernur the Fed Janet Yellen dan Presiden the Fed New York William C. Dudley masih menginginkan pemulihan pasar tenaga kerja yang lebih merata. Keterangan yang lebih detail mengenai itu misalnya apakah upah dan pastisipasi naik, akan ditunjukkan dari minutes,” tekan Michael Hanson, ekonom senior Bank of America Corp. di New York.
Tetapi, yang lebih penting, tambahnya, minutes tersebut dapat menggambarkan komite yang bersikap dovish (lunak) dalam menilai kondisi pasar tenaga kerja AS saat ini dan mulai mempertimbangkan kenaikan suku bunga.
Bahkan, sebelum laporan tenaga kerja Juni lalu, beberapa anggota FOMC kemungkinan telah siap untuk mengatakan bahwa pasar tenaga kerja mulai mengetat, potensi volatilitas minim, dan tekanan inflasi mulai merangkak.
Data terakhir menunjukkan inflasi pada Mei tahun ini terdongkrak 2,1% pada periode yang sama tahun lalu, mengikuti kenaikan inflasi 2% pada April 2014.