Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ketidakpastian Politik Guncang Pasar Obligasi Inggris

Pasar obligasi Inggris harus menghadapi serangkaian tantangan yang berpotensi menggoyang statusnya sebagai safe haven.

Bisnis.com, LONDON— Pasar obligasi Inggris harus menghadapi serangkaian tantangan yang berpotensi menggoyang statusnya sebagai safe haven.

Sejak mencetak kinerja terbaiknya pada 2010, obligasi pemerintah (gilt) rentan terhadap rencana keluarnya Inggris dari Uni Eropa, kemerdekaan Skotlandia dari Inggris, dan ekspektasi kenaikan suku bunga acuan pada tahun ini.     

“Ada kemungkinan meningkatnya ketidakpastian, dan itu bisa berdampak negative terhadap gilt,” ungkap Frances Hudson, analis Standard Life Investments Ltd. di Edinburgh, Senin (30/6).  

Gilt bertenor 2 tahun tercatat merangkak naik ke level tertinggi selama 3 tahun yaitu 0,93% pada Selasa (17/6), setelah Gubernur Bank of England (BOE) menegaskan kemungkinan penaikan suku bunga acuan lebih awal dari perkiraan.

Berdasarkan survei Bloomberg, yield yang saat ini bertengger di posisi 0,83%, akan tumbuh menjadi 1,91% hingga kuartal II/2015.

Kegagalan Perdana Menteri Inggris David Cameron dalam menghadang penunjukan Jean-Claude Juncker sebagai Presiden Komisi Uni Eropa menjadi faktor terkuat Inggris untuk keluar dari Uni Eropa.

Jika Partai Konsrvetif kembali terpilih pada pemilihan umum tahun mendatang, Cameron berkomitmen untuk merealisasikan rencananya keluar dari Uni Eropa pada 2017.

Namun, sejumlah pihak memprediksi Inggris akan kehilangan setidaknya 3 juta lapangan pekerjaan jika keluar dari Uni Eropa. Tidak dapat dipungkiri, blok yang terdiri dari 28 negara itu merupakan pasar ekspor terbesar Inggris.

Tidak hanya itu, Skotlandia juga dijadwalkan mengadakan referendum pada September tahun ini untuk menentukan nasibnya dengan Inggris, setelah bersama selama lebih dari 300 tahun.

Berdasarkan survei ICM Research, sekitar 43% responden masih menginginkan untuk bersatu dengan Inggris, 36% memilih untuk berpisah, dan sisanya masih belum menentukan pilihannya.   

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Rustam Agus
Sumber : Bloomberg/Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper